Adas
Adas atau adas pedas telah lama dikenal sebagai salah satu
komponen pengobatan tradisional. Minyak adas yang diakandung bijinya menjadi
salah satu komponen minyak telon.Adas berasal dari daerah Laut Tengah timur
(Italia ke timur hingga Suriah).Tumbuhannya berbentuk herba yang berbau harum,
berwarna hijau terang, tegak, dan dapat mencapai dua meter tingginya. Daun
tumbuh sehingga 40 sentimeter panjang, berbentuk pita, dengan segmen terakhir
dalam bentuk rambut, kira-kira selebar 0,5mm. Bunga yang dihasilkan di ujung
tangkai adalah bunga majemuk yang berdiameter 5 hingga 15cm. Setiap bagian
umbel mempunyai 20-50 kuntum bunga kuning yang amat kecil pada pedikel-pedikel
yang pendek. Buahnya adalah biji kering dari 4 hingga 9 milimeter panjang,
dengan lebar separuh panjangnya, dan mempunyai alur. Bijinya yang dikeringkan
dikenali sebagai biji adas.Daun adas digunakan sebagai makanan oleh larva beberapa
spesies Lepidoptera, termasuk rama-rama Mouse Moth (Amphipyra tragopoginis) dan
Anise Swallowtail (Papilio zelicaon).Adas juga merupakan salah satu komoditi
ekspor.
Adas manis
Adas manis atau anis
merupakan sejenis tumbuhan berbunga yang berasal dari kawasan Laut
Tengah bagian timur dan Asia barat daya. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan
semusim berupa terna yang tingginya dapat mencapai satu meter. Daun pada bagian
dasar tumbuhan ini berbentuk sederhana, panjangnya 2-5 cm, dan bercuping
dangkal, sementara daun pada bagian batang yang lebih tinggi berbentuk menyirip
seperti bulu dan terbagi-bagi menjadi banyak anak daun. Bunganya berwarna
putih, berdiameter 3 mm, dan bergerombol banyak dalam payungan bunga. Buahnya
merupakan skizokarp kering berbentuk lonjong dengan panjang 3-5 mm.Spesies
Pimpinella digunakan sebagai sumber makanan oleh larva sejumlah spesies
Lepidoptera, termasuk ngengat Eupithecia centaureata dan Eupithecia
absinthiata.Biji adas manis mengandung komponen-komponen yang mirip akar
manis[1], adas manis memang terasa manis dan memiliki wangi yang khas, biasa
digunakan untuk membuat camilan yang tinggi kadar gula.
Pengobatan
• Adas manis,
seperti adas, mengandung anethole, dan dikenal sebagai zat phytoestrogen.
• Adas manis merupakan
antiparasit ringan dan daunnya bisa digunakan untuk merawat gangguan
pencernaan, meredakan sakit gigi, dan minyak atsirinya bisa digunakan untuk
menyembuhkan penyakit lice and kudis.
• Dalam
aromaterapi, minyak atsiri adas manis digunakan untuk merawat pilek dan flu.
• Menurut Pliny the
Elder, adas manis digunakan untuk menyembuhkan sulit tidur, dikunyah bersama
alexanders dan sedikit madu di pagi hari untuk menyegarkan napas, dan kalau
dicampur dengan anggur bisa menyembuhkan sengatan kalajengking.
• Di daerah
Mediterania, adas manis digunakan untuk membuat minuman beralkohol, misalnya
Arak (Libanon), Ouzo (Yunani) dan Raki di Turki.
• Di Thailand, adas
manis digunakan untuk memberi aroma pada teh.
• Di Pakistan,
orang membuat secangkir teh panas dengan menuangi sesendok makan adas manis
dengan air mendidih.
• Pabrik pembuatan
lokomotif uap di Britania Raya menyertakan kapsul-kapsul minyak adas ke dalam
bearings logam putih, sehingga aroma yang berbeda dapat memberikan peringatan
bila mengalami panas berlebihan.
Akar wangi
• Rumput akar wangi
adalah sejenis rumput yang berasal dari India. Tumbuhan ini dapat tumbuh
sepanjang tahun, dan dikenal orang sejak lama sebagai sumber wangi-wangian. Tumbuhan
ini termasuk dalam famili Poaceae, dan masih sekeluarga dengan serai atau padi.
• Akarnya yang
dikeringkan secara tradisional dikenal sebagai pengharum lemari penyimpan
pakaian atau barang-barang penting, seperti batik dan keris. Aroma wangi ini
berasal dari minyak atsiri yang dihasilkan pada bagian akar.
• Tumbuhan ini
merupakan komoditas perdagangan minor walaupun cukup luas penggunaan minyaknya
dalam industri wangi-wangian.
Palasan
Palasan atau Pulasari / Pulosari merupakan tanaman merambat
dengan kulit batang putih yang memiliki wangi tertentu dan rasanya pahit.
Tanaman ini tumbuh liar di hutan dan di ladang daerah pegunungan.
Kulit batangnya mengandung zat-zat: zat samak, kumarin, zat
pahit, dan alkaloida.
Kegunaan
Selain sebagai bumbu masak (khususnya masakan ikan dan
kari), palasan juga dipercaya sebagai tanaman yang memiliki khasiat obat,
antara lain:
• Untuk mengobati
sariawanan
• Sebagai obat
merangsang nafsu makan
• Obat batuk.
• Obat mulas
• Obat kencing
nanah (sebagai air masakan).
• Untuk mengobati
demam pada anak-anak (kayunya sebagai obat luar)
• Kejang usus
(kulitnya)
• Darah yang tidak
berhenti keluar ( Kulit dan batangnya)
• Radang lambung
• Haid tidak
teratur
• Putih telur dalam
kencing
• Keputihan
Andaliman
Andaliman adalah bumbu masak khas Asia yang berasal dari
kulit luar buah beberapa jenis tumbuhan anggota marga Zanthoxylum (suku
jeruk-jerukan, Rutaceae). Bumbu ini di Indonesia hanya dikenal untuk masakan
Batak, sehingga dikenal orang luar daerah ini sebagai “merica batak”. Masakan
khas Batak seperti arsik dan saksang memerlukan andaliman sebagai bumbu yang
tak tergantikan. Andaliman memiliki aroma jeruk yang lembut namun “menggigit”
sehingga menimbulkan sensasi kelu atau mati rasa di lidah, meskipun tidak
sepedas cabai atau lada. Rasa kelu di lidah ini disebabkan adanya kandungan
hydroxy-alpha-sanshool pada rempah tersebut. Selain dalam masakan Batak,
penggunaan Andaliman sebagai bumbu masak juga dikenal dalam masakan Asia Timur
dan Asia Selatan.
Asam gelugur
Asam gelugur adalah pohon hijau abadi yang dimanfaatkan
untuk bumbu masak dan bahan pengobatan. Tumbuhan ini masih sekerabat dengan
manggis dan asam kandis, berasal dari Asia Selatan dan Asia Tenggara.
Sebagai bumbu, buahnya yang dipotong dan dikeringkan
dimanfaatkan sebagai pemberi rasa asam pada sejumlah masakan, terutama masakan
dari Sumatra. Ekstrak daun asam gelugur yang diberikan secara oral dengan dosis
360mg/kg terhadap mencit memberi efek inhibitor terhadap perkembangan
Plasmodium berghei penyebab malaria.
Asam jawa
Asam jawa adalah sejenis buah yang masam rasanya; biasa
digunakan sebagai bumbu dalam banyak masakan Indonesia sebagai perasa atau
penambah rasa asam dalam makanan, misalnya pada sayur asam atau kadang-kadang
kuah pempek. Buah yang telah tua dan sangat masak biasa disebut asem kawak.Etimologi“Asam”
adalah nama umum yang dipakai untuk semua bumbu dapur pemberi rasa masam pada
masakan, termasuk juga asam kandis dan asam gelugur. Nama “asam jawa” dipakai oleh
orang Melayu karena dipakai dalam masakan Jawa. Tumbuhan ini sendiri
didatangkan oleh orang-orang dari India.
Nama Tamarindus dan tamarind diturunkan dari bahasa Arab تمرهندي tamr hindī. Artinya
kurang lebih: kurma India.
Pemerian Pohon
asam berperawakan besar, daunnya selalu hijau dan akan gugur semuanya pada saat
musim bunga tiba hanya tinggal pohon dan ranting-rantingnya setelah itu keluar
bunga dan disusul tunas daun-daun muda, ketinggian pohon bisa mencapai 30 m dan
diameter batang di pangkal hingga 2 m. Kulit batang berwarna coklat
keabu-abuan, kasar dan memecah, beralur-alur vertikal. Tajuknya rindang dan
lebat berdaun, melebar dan membulat.
Daun majemuk menyirip genap, panjang 5-13 cm, terletak
berseling, dengan daun penumpu seperti pita meruncing, merah jambu keputihan.
Anak daun lonjong menyempit, 8-16 pasang, masing-masing berukuran 0,5-1 × 1-3,5
cm, bertepi rata, pangkalnya miring dan membundar, ujung membundar sampai
sedikit berlekuk.Bunga tersusun dalam tandan renggang, di ketiak daun atau di
ujung ranting, sampai 16 cm panjangnya. Bunga kupu-kupu dengan kelopak 4 buah
dan daun mahkota 5 buah, berbau harum. Mahkota kuning keputihan dengan
urat-urat merah coklat, sampai 1,5 cm.
Buah polong yang menggelembung, hampir silindris, bengkok
atau lurus, berbiji sampai 10 butir, sering dengan penyempitan di antara dua
biji, kulit buah mengeras berwarna kecoklatan atau kelabu bersisik, dengan
urat-urat yang mengeras dan liat serupa benang. Daging buah putih kehijauan
ketika muda, menjadi merah kecoklatan sampai kehitaman ketika sangat masak,
asam manis dan melengket. Biji coklat kehitaman, mengkilap dan keras, agak
persegi.
Penyebaran dan ekologi
Asam jawa termasuk tumbuhan tropis. Asal-usulnya
diperkirakan dari savana benua Afrika timur di mana jenis liarnya ditemukan,
salah satunya di Sudan. Semenjak ribuan tahun, tanaman ini telah tersebar
sampai ke benua Asia tropis, dan kemudian juga tersebar ke Karibia dan Amerika
Latin. Di banyak tempat yang iklim dan tanah yang sesuai akan tumbuh subur,
termasuk di Indonesia, tanaman ini banyak tumbuh liar seperti di hutan-hutan
luruh daun dan savana.
Pohon asam dapat tumbuh baik hingga ketinggian sekitar 1.000
m dpl, pada tanah berpasir atau tanah liat, khususnya di wilayah yang musim
keringnya jelas dan cukup panjang.
Hasil dan kegunaan
Daging buah asam jawa sangat populer, dan digunakan dalam
aneka bahan masakan atau bumbu di berbagai belahan dunia. Buah yang muda sangat
masam rasanya, dan biasa digunakan sebagai bumbu sayur asam atau campuran
rujak. Buah yang telah masak dapat disimpan lama setelah dikupas dan sedikit
dikeringkan dengan bantuan sinar matahari. Asem kawak –demikian ia biasa
disebut– inilah yang biasa diperdagangkan antar pulau dan antar negara. Selain
sebagai bumbu, untuk memberikan rasa asam atau untuk menghilangkan bau amis
ikan, asem kawak biasa digunakan sebagai bahan sirup, selai, gula-gula, dan
jamu.Thailand juga menghasilkan asam jawa yang manis rasanya. Buah ini populer
dan dimakan dalam keadaan segar; karena itu diekspor dalam bentuk polong yang
belum dikupas.
Biji asam biasa dimakan setelah direndam dan direbus, atau
setelah dipanggang. Selain itu, biji asam juga dijadikan tepung untuk membuat
kue atau roti.
Di samping daging buah, banyak bagian pohon asam yang dapat
dijadikan bahan obat tradisional. Daun mudanya digunakan dengan kunyit dan
bahan ramuan lain untuk membuat jamu jawa tradisional yaitu jamu sinom untuk
minuman kesegaran, jamu gepyok diminum untuk melancarkan dan memperbanyak air
susu ibu dan juga bisa digunakan sebagai tapal (dioleskan dipermukaan kulit
atau ditempelkan dipermukaan kulit) untuk mengurangi radang dan rasa sakit di
persendian, di atas luka atau pada sakit rematik. Daun muda yang direbus untuk
mengobati batuk dan demam. Kulit kayunya yang ditumbuk digunakan untuk
menyembuhkan luka, borok, bisul dan ruam. Kulit kayu asam juga digunakan
sebagai obat kuat. Tepung bijinya untuk mengobati disentri dan diare.
Kayu teras asam jawa berwarna coklat kemerahan, berat, keras
dan bertekstur halus, sehingga kerap digunakan untuk membuat mebel, kerajinan,
ukir-ukiran dan patung. Bagi anak-anak di Jawa Tengah, kayu asam merupakan kayu
pilihan untuk membuat gasing. Biji asam juga kerap digunakan dalam permainan
congklak atau dakon.Pohon asam biasa ditanam di tepi jalan sebagai peneduh,
terutama terkenal di sepanjang jalan raya Daendels, dari Anyer hingga
Panarukan.
Pelaut-pelaut Bugis pada masa lalu diketahui menanam pohon
asam jawa di pantai utara Australia, di Northern Territory di saat mereka
beristirahat menunggu datangnya angin untuk kembali ke daerah asal. Pohon-pohon
asam jawa ini menjadi petunjuk kontak orang Aborigin setempat terhadap orang
luar sebelum kedatangan orang Eropa.
Asam Kandis
Asam kandis adalah pohon hijau abadi berukuran maksimum 15m
yang berasal dari India. Ia masih sekerabat dengan manggis serta asam gelugur.Tajuknya
berbentuk seperti piramid, dengan batang utama tegak dan cabang-cabang tumbuh
mendatar, seperti pohon manggis. Daunnya lanset memanjang, sempit, panjang
12-24cm. Buahnya agak membulat, meruncing, dengan diameter mencampai 9cm,
berwarna jingga pucat atau kuning pekat. Tumbuhan ini menyukai naungan dan
suasana lembab. Pembungaan biasanya setelah masa kering yang cukup panjang
(minimal tiga bulan) dan bisa berbunga dua kali setahun.
Asam kandis dimanfaatkan buahnya. Rasanya masam dan
dijadikan bumbu dapur, selai, campuran kari, serta dibuat acar. Asam kandis
banyak dipakai dalam masakan dari Sumatera. Asam kandis serta asam gelugur
dapat diganti dengan kokum, bumbu yang dihasilkan dari tumbuhan sekerabat.
Pemanfaatan lain adalah sebagai sumber bahan pewarna.
Bawang putih
Bawang putih adalah bahan utama untuk bumbu dasar masakan
Indonesia.Bawang mentah penuh dengan senyawa-senyawa sulfur, termasuk zat kimia
yang disebut alliin yang membuat bawang putih mentah terasa getir atau angur.ManfaatBawang
putih digunakan sebagai bumbu yang digunakan hampir di setiap makanan dan
masakan Indonesia. Sebelum dipakai sebagai bumbu, bawang putih dihancurkan
dengan ditekan dengan sisi pisau (dikeprek) sebelum dirajang halus dan ditumis
di penggorengan dengan sedikit minyak goreng. Bawang putih bisa juga dihaluskan
dengan berbagai jenis bahan bumbu yang lain.Dan juga dapat digunakan sebagai
obat penyakit kutil,caranya : keprek bawang putih ( jangan sampai halus ) lalu
tempelkan pada kutil dan ikat yang kuat dengan kain atau plester tunggu sampai
30 menit,jangan terlalu banyak bergerak,maka kulit akan panas dan kutil akan
menghitam.Besoknya anda terbebas dari kutil.Bawang putih mempunyai khasiat
sebagai antibiotik alami di dalam tubuh manusia.
Bunga Lawang
Bunga lawang atau Kembang Lawang atau pekak adalah rempah
yang memiliki rasa yang mirip dengan Adas manis. Rempah ini banyak digunakan di
dalam masakan negara-negara Asia. Bunga lawang adalah salah satu bumbu
tradisional masakan Cina yaitu ngo hiong yang terdiri dari lima jenis rempah. Nama
Bunga Lawang dalam Bahasa Cina adalah ba jiao atau bat gok yang memiliki arti
“delapan tanduk”, sesuai dengan bentuknya yang memiliki delapan kelopak. Bunga
Lawang mempunyai bau khas yang kuat. Dari asalnya di Cina, rempah ini mulai
diperkenalkan di Eropa pada awal abad ke-17 dan sejak saat itu mulai meraih
popularitas. Minyak yang dihasilkan dijadikan bahan perisa dalam minuman. Bunga
Lawang sebenarnya bukannya bunga, ia adalah buah yang dihasilkan oleh sejenis
pohon kecil. Tinggi pohonnya bisa mencapai 8 meter. Ia mempunyai bunga yang
cantik berwarna kuning. Bunga lawang berkembang-biak melalui biji benih.
Buahnya dipetik sebelum ranum dan dikeringkan dengan bantuan cahaya matahari.Kegunaan
Bunga lawang dijadikan rempah untuk menjadi penyedap rasa untuk makanan, sama
seperti kulit kayu manis dan bunga cengkeh. Bunga lawang juga banyak dipakai
dalam masakan India yang kaya rempah misalnya untuk kari. Bangsa Thailand,
Vietnam, dan Indonesia juga banyak memakai bunga lawang untuk penyedap masakan.
Di Indonesia, bumbu ini digunakan di beberapa daerah yang memiliki ciri khas
masakan berbumbu tajam. Misalnya saja gulai Aceh, Rendang Padang, masakan Jawa,
dan Bali.Selain menyedapkan masakan, bunga lawang juga memiliki khasiat
kesehatan. Bumbu ini baik untuk mengatasi gangguan pencernaan dan memiliki
fungsi diuretik atau melancarkan saluran kencing. Selain itu digunakan juga
untuk pengobatan tradisional di Asia, contohnya untuk sakit sendi. Bunga lawang
juga sering dimanfaatkan untuk minuman tradisional seperti jamu dan campuran
minum teh. Salah satunya adalah minuman teh khas Thailand yang merupakan
campuran teh hitam dan bubuk bunga lawang. Teh dari bunga lawang juga bisa
dijadikan obat batuk. Minyaknya juga bisa mengurangi gejala mual-mual bagi ibu
yang sedang mengandung. Kandungan asam shikimat dalam bunga lawang membuat
rempah ini dimanfaatkan sebagai bahan utama pembuat obat antiflu burung,
tamiflu. ini menyebabkan stoknya sempat menghilang dari
pasaran dan harganya melambung.
Cengkih
Cengkih adalah tangkai bunga kering beraroma dari keluarga
pohon Myrtaceae. Cengkih adalah tanaman asli Indonesia, banyak digunakan
sebagai bumbu masakan pedas di negara-negara Eropa, dan sebagai bahan utama
rokok kretek khas Indonesia. Cengkih ditanam terutama di Indonesia (Kepulauan
Banda) dan Madagaskar; selain itu juga dibudidayakan di Zanzibar, India, dan
Sri Lanka. Tumbuhan ini adalah flora identitas Provinsi Maluku Utara.PemerianPohon
cengkih merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh dengan tinggi 10-20 m, mempunyai
daun berbentuk lonjong yang berbunga pada pucuk-pucuknya. Tangkai buah pada
awalnya berwarna hijau, dan berwarna merah jika bunga sudah mekar. Cengkih akan
dipanen jika sudah mencapai panjang 1,5-2 cm.
PenggunaanCengkih dapat digunakan sebagai bumbu, baik dalam
bentuknya yang utuh atau sebagai bubuk. Bumbu ini digunakan di Eropa dan Asia.
Terutama di Indonesia, cengkih digunakan sebagai bahan rokok kretek. Cengkih
juga digunakan sebagai bahan dupa di Republik Rakyat Cina dan Jepang. Minyak
cengkih digunakan di aromaterapi dan juga untuk mengobati sakit gigi. Daun
cengkih kering yang ditumbuk halus dapat digunakan sebagai pestisida nabati dan
efektif untuk mengendalikan penyakit busuk batang Fusarium dengan memberikan
50-100 gram daun cengkih kering per tanaman[1].Sejarah cengkihPada abad yang
keempat, pemimpin Dinasti Han dari Tiongkok memerintahkan setiap orang yang
mendekatinya untuk sebelumnya menguyah cengkih, agar harumlah napasnya.
Cengkih, pala dan merica sangatlah mahal di zaman Romawi. Cengkih menjadi bahan
tukar menukar oleh bangsa Arab di abad pertengahan. Pada akhir abad ke-15,
orang Portugis mengambil alih jalan tukar menukar di Laut India. Bersama itu
diambil alih juga perdagangan cengkih dengan perjanjian Tordesillas dengan
Spanyol, selain itu juga dengan perjanjian dengan sultanTernate. Orang Portugis
membawa banyak cengkih yang mereka peroleh dari kepulauan Maluku ke Eropa. Pada
saat itu harga 1 kg cengkih sama dengan harga 7 gram emas.Perdagangan cengkih
akhirnya didominasi oleh orang Belanda pada abad ke-17. Dengan susah payah
orang Prancis berhasil membudayakan pohon Cengkih di Mauritius pada tahun 1770.
Akhirnya cengkih dibudayakan di Guyana, Brasilia dan Zanzibar.Pada abad ke-17
dan ke-18 di Inggris harga cengkih sama dengan harga emas karena tingginya biaya
impor. Sebab cengkih disana dijadikan salah satu bahan makanan yang sangat
berkhasiat bagi warga dan sekitarnya yang mengonsumsi tanaman cengkih tersebut.
Sampai sekarang cengkih menjadi salah satu bahan yang diekspor ke luar negeri.Pohon
cengkih yang dianggap tertua yang masih hidup terdapat di Kelurahan Tongole,
Kecamatan Ternate Tengah, sekitar 6 km dari pusat kota Ternate. Poho yang
disebut sebagai Cengkih Afo ini berumur 416 tahun, tinggi 36,60 m, berdiameter
198 m, dan keliling batang 4,26 m. Setiap tahunnya ia mampu menghasilkan
sekitar 400 kg bunga cengkih.Kandungan bahan aktif dalam bunga dan buah cengkihMinyak
esensial dari cengkih mempunyai fungsi anestetik dan antimikrobial. Minyak
cengkih sering digunakan untuk menghilangkan bau napas dan untuk menghilangkan
sakit gigi. Zat yang terkandung dalam cengkih yang bernama eugenol, digunakan
dokter gigi untuk menenangkan saraf gigi. Minyak cengkih juga digunakan dalam
campuran tradisional chōjiyu (1% minyak cengkih dalam minyak mineral; “chōji” berarti
cengkih; “yu” berarti minyak) dan digunakan oleh orang Jepang uahe.
Jahe
Jahe adalah tanaman rimpang yang sangat populer sebagai
rempah-rempah dan bahan obat. Rimpangnya berbentuk jemari yang menggembung di
ruas-ruas tengah. Rasa dominan pedas disebabkan senyawa keton bernama zingeron.Jahe
termasuk suku Zingiberaceae (temu-temuan). Nama ilmiah jahe diberikan oleh
William Roxburgh dari kata Yunani zingiberi, dari bahasa Sansekerta, singaberi.Sejarah
Jahe diperkirakan berasal dari India. Namun ada pula yang
mempercayai jahe berasal dari Republik Rakyat Cina Selatan. Dari India, jahe
dibawa sebagai rempah perdagangan hingga Asia Tenggara, Tiongkok, Jepang,
hingga Timur Tengah. Kemudian pada zaman kolonialisme, jahe yang bisa
memberikan rasa hangat dan pedas pada makanan segera menjadi komoditas yang
populer di Eropa.
Karena jahe hanya bisa bertahan hidup di daerah tropis,
penanamannya hanya bsia dilakukan di daerah katulistiwa seperi Asia Tenggara,
Brasil, dan Afrika. Saat ini Equador dan Brasil menjadi pemasok jahe terbesar
di dunia.Ciri morfologis Batang jahe merupakan batang semu dengan tinggi 30
hingga 100 cm. Akarnya berbentuk rimpang dengan daging akar berwarna kuning
hingga kemerahan dengan bau menyengat. Daun menyirip dengan panjang 15 hingga
23 mm dan panjang 8 hingga 15 mm. Tangkai daun berbulu halus. Bunga jahe tumbuh
dari dalam tanah berbentuk bulat telur dengan panjang 3,5 hingga 5 cm dan lebar
1,5 hingga 1,75 cm. Gagang bunga bersisik sebanyak 5 hingga 7 buah. Bunga
berwarna hijau kekuningan. Bibir bunga dan kepala putik ungu. Tangkai putik
berjumlah dua.Pengolahan dan pemasaran
Rimpang jahe, terutama yang dipanen pada umur yang masih
muda tidak bertahan lama disimpan di gudang. Untuk itu diperlukan pengolahan
secepatnya agar tetap layak dikonsumsi.
Terdapat beberapa hasil pengolahan jahe yang terdapat di
pasaran, yaitu:
• Jahe segar
• Jahe kering
• Awetan jahe
• Jahe bubuk
• Minyak jahe
• Oleoresin jahe
Jahe kering
Merupakan potongan jahe yang kemudian dikeringkan. Jenis ini
sangat populer di pasar tradisional.
Awetan jahe
Merupakan hasil pngolahan tradisional dari jahe segar,
terutama jahe muda. Yang paling sering ditemui di pasaran adalah acar, asinan,
sirup, dan kristal jahe. Jenis ini disukai konsumen dari daerah Asia dan
Australia.
Bubuk jahe
Merupakan hasil pengolahan lebih lanjut dari jahe menggunakan
teknologi industri. Bubuk jahe diperlukan untuk keperluan farmasi, minuman,
alkohol dan jamu. Biasanya menggunakan bahan baku jahe kering.
Oleoresin jahe
Adalah hasil pengolahan lebih lanjut dari tepung jahe.
Bentuknya berupa cairan cokelat dengan kandungan minyak asiri 15 hingga 35%.
Habitat
Jahe tumbuh subur di ketinggian 0 hingga 1500 meter di atas
permukaan laut, kecuali jenis jahe gajah di ketinggian 500 hingga 950 meter.
Untuk bisa berproduksi optimal, dibutuhkan curah hujan 2500
hingga 3000 mm per tahun, kelembapan 80% dan tanah lembab dengan PH 5,5 hingga
7,0 dan unsur hara tinggi. Tanah yang digunakan untuk penanaman jahe tidak
boleh tergenang.
Terdapat tiga jenis jahe yang populer di pasaran, yaitu:
Jahe gajah/jahe badak Merupakan jahe yang paling disukai di
pasaran internasional. Bentuknya besar gemuk dan rasanya tidak terlalu pedas.
Daging rimpang berwarna kuning hingga putih.
Jahe kuning Merupakan jahe yang banyak dipakai
sebagai bumbu masakan, terutama untuk konsumsi lokal. Rasa dan aromanya cukup
tajam. Ukuran rimpang sedang dengan warna kuning.
Jahe merah Jahe
jenis ini memiliki kandungan minyak asiri tinggi dan rasa paling pedas,
sehingga cocok untuk bahan dasar farmasi dan jamu. Ukuran rimpangnya paling
kecil dengan warna merah. Dengan serat lebih besar dibanding jahe biasa.
Produk jahe Di
masyarakat barat, ginger ale merupakan produk yang digemari. Sementara Jepang
dan Tiongkok sangat menyukai asinan jahe. Sirup jahe disenangi masyarakat
Tiongkok, Eropa dan Jepang.
Di Indonesia, sekoteng, bandrek, dan wedang jahe merupakan
minuman yang digemari karena mampu memberikan rasa hangat di malam hari,
terutama di daerah pegunungan.
Jeruk nipis
Jeruk nipis atau limau nipis adalah tumbuhan perdu yang
menghasilkan buah dengan nama sama. Tumbuhan ini dimanfaatkan buahnya, yang
biasanya bulat, berwarna hijau atau kuning, memiliki diameter 3-6 cm, umumnya
mengandung daging buah masam, agak serupa rasanya dengan lemon.
Jeruk nipis, yang sering dinamakan secara salah kaprah
sebagai jeruk limau, dipakai perasan isi buahnya untuk memasamkan makanan,
seperti pada soto. Fungsinya sama dengan cuka. Sebagai bahan obat tradisional,
perasan langsung buah jeruk nipis dipakai sebagai obat batuk, diberikan bersama
dengan kapur untuk menurunkan demam. Perasannya juga dipakai sebagai obat
batuk.
Jeruk purut
Jeruk purut atau limau jeruk sambal atau jeruk pecel
merupakan tumbuhan perdu yang dimanfaatkan terutama buah dan daunnya sebagai
bumbu penyedap masakan. Dalam perdagangan internasional dikenal sebagai kaffir
lime, sementara nama lainnya ma kruut (Thailand), krauch soeuch (Kamboja), ‘khi
‘hout (Laos), shouk-pote (Burma), kabuyau, kulubut, kolobot (Filipina), dan
truc (Vietnam). Daun jeruk purut, dipakai sebagai pengharum dalam masakan.
Jeruk rempah ini berbeda dengan jenis jeruk pasaran lainnya, sehingga
penampilannya mudah dikenali. Tumbuhannya berbentuk pohon kecil (perdu).
Rantingnya berduri. Daun berbentuk khas, seperti dua helai yang tersusun
vertikal akibat pelekukan tepinya yang ekstrem; tebal dan permukaannya licin,
agak berlapis malam. Daun muda dapat berwarna ungu yang kuat. Buahnya kecil,
biasanya tidak pernah berdiameter lebih daripada 2cm, membulat dengan
tonjolan-tonjolan dan permukaan kulitnya kasar; kulit buah tebal. Perbanyakan
dilakukan dengan biji atau dengan pencangkokan. Dalam dunia boga Asia Tenggara
penggunaannya cukup sering dan rasa sari buahnya yang masam biasanya digunakan
sebagai penetral bau amis daging atau ikan untuk mencegah rasa mual, seperti
pada siomay. Ikan yang sudah dibersihkan biasanya ditetesi perasan buahnya
untuk mengurangi aroma amis. Daun jeruk purut juga banyak dipakai . Potongannya
dicampurkan pada bumbu pecel atau juga gado-gado untuk mengharumkan. Demikian
pula dalam pembuatan rempeyek, potongan daunnya dicampurkan pada adonan tepung
yang kemudian digoreng. Di Thailand, daun jeruk purut sangat populer dalam
masakannya. Tom yam dan tom khaa, dua makanan berkuah yang populer,
menggunakannya. Menu dari Kamboja, Semenanjung Malaya, Pulau Sumatra, Pulau
Jawa, dan Pulau Bali juga menggunakan daun jeruk purut sebagai pengharum
masakan. Sebagai bumbu masak, daun maupun buah jeruk purut sukar dicari
penggantinya. Kulit jeruk nipis dapat dipakai apabila terpaksa. Daunnya dapat
dikeringkan untuk dipakai pada waktu mendatang namun hanya bertahan kurang dari
setahun. Cara pengawetan lain yang lebih awet adalah dengan dibekukan.
Buah jeruk purut Beberapa
wewangian juga memakai minyak jeruk purut (diperoleh dari daun atau kulit
buahnya) sebagai komponennya. Karakteristik minyak daunnya terutama didominasi
oleh minyak atsiri (-)-(S)-citronelal (80%), sisanya adalah citronelol (10%),
nerol dan limonena. Jeruk purut adalah istimewa karena pada jeruk-jeruk lainnya
yang mendominasi adalah enantiomernya, (+)-(R)-citronelal (juga dapat ditemukan
pada serai). Kulit buahnya memiliki komponen yang serupa dengan kulit buah
jeruk nipis, dengan komponen utama adalah limonena dan β-pinena.
Nama ilmiah yang dipakai (Citrus hystrix) berarti “jeruk
landak”, mengacu pada duri-duri yang dimiliki batangnya.
Jintan Jintan
merupakan tumbuhan menjalar yang bijinya dapat digunakan untuk rempah-rempah
dan obat-obatan. Biji tanaman ini sering digunakan sebagai bumbu dapur untuk masakan
India. Tanaman ini banyak dibudidayakan di India dan Asia Tenggara. Rasanya
lebih dekat kepada kelabat atau klabet daripada jenis rempah lain.
Jintan hitamHabbatussauda atau Jintan hitam adalah
rempah-rempah yang dapat digunakan sebagai tanaman obat. Rempah ini berbentuk
butiran biji berwarna hitam yang telah dikenal ribuan tahun yang lalu dan
digunakan secara luas oleh masyarakat India, Pakistan, dan Timur Tengah untuk
mengobati berbagai macam penyakit. Jenis tanaman ini telah disebut-sebut sebagai
tanaman obat dalam perkembangan awal agama Islam. Habbatussauda dalam sejarah
pengobatan Habbatussauda banyak dikenal dengan berbagai nama, diantaranya black
seed, black caraway, black seed, natura seed, jintan hitam, black cumin,
nigella sativa, kaluduru, dll. Digunakan sebagai herbal pengobatan sejak
2000-3000 tahun sebelum Masehi dan tercatat dalam banyak literatur kuno
mengenai ahli pengobatan terdahulu seperti Ibnu Sina (980 – 1037 M), dan
Al-Biruni (973-1048 M), Al-Antiki, Ibnu Qayyim dan Al-Baghdadi. Ibnu Sina
adalah peneliti jenius dari Timur Tengah di bidang pengobatan yang namanya
tercatat di semua buku sejarah pengobatan timur maupun barat, hidup antara 980
– 1037 M, telah meneliti berbagai manfaat Habbatussauda untuk kesehatan dan
pengobatan. Ahli pengobatan Yunani kuno, Dioscoredes, pada abad pertama Masehi
juga telah mencatat manfaat habbatussauda untuk mengobati sakit kepala dan
saluran pernafasan.
Jintan putih
Jintan putih merupakan tumbuhan berbunga dari famili
Apiaceae yang berasal dari daerah Laut Tengah bagian timur sampai India bagian
timur.
Tanaman ini merupakan tanaman tahunan berbentuk terna dengan
batang ramping bercabang dengan tinggi 20-30 cm. Panjang daunnya 5-10 cm,
berbentuk menyirip atau menyirip rangkap dan memiliki anak daun seperti benang.
Bunganya kecil, berwarna putih atau merah muda, dan bergerombol pada payungan
bunga. Buahnya merupakan longkah menggelendong lateral atau oval dengan panjang
4-5 mm dan mengandung satu biji. Biji jintan putih mirip dengan biji adas,
tetapi lebih kecil dan gelap.
Jintan putih umum digunakan sebagai bumbu dapur pada
sejumlah masakan Indonesia, terutama dari Sumatra, Bali, dan Sulawesi. Aromanya
kuat dan memberi efek pedas. Di Thailand dikenal sebagai yeera (dari nama Hindi
gheera) , di Malaysia dinamakan jintan putih, dan dalam literatur Inggris
disebut cumin. Jintan putih dijual dalam bentuk biji kering (berbentuk
memanjang seperti beras) berwarna coklat muda.
Sekarang banyak tradisi boga yang menggunakannya, mulai dari
Yunani, Eropa, Asia Selatan, Asia Tenggara dan Timur, hingga ke Amerika.
Masakan Meksiko dikenal memakai jintan putih cukup sering. Penggunaan jintan
putih yang paling dikenal adalah sebagai campuran bumbu kari.
Kapulaga
Kapulaga adalah sejenis buah yang sering digunakan sebagai
rempah (bumbu) untuk masakan tertentu dan juga untuk campuran jamu. Ada dua
macam kapulaga yang banyak digunakan di Indonesia, yakni kapulaga Jawa dan
kapulaga sabrang atau kapulaga India. Kedua-duanya termasuk ke dalam suku
jahe-jahean atau Zingiberaceae.
Bunga kapulaga, dengan labellum berhias warna kuning dan
merah-ungu Terna yang kuat, menahun, dan berbau aromatis pada pelbagai
bagiannya. Tumbuh mencapai tinggi 2 m, dengan rimpang yang tumbuh menjalar di
bawah tanah, agak bulat gilig, gemang 1-2 cm, putih kekuningan, tertutupi
sisik-kelopak tak berambut berwarna coklat kemerahan. Batang-batang semu muncul
agak terpisah-pisah, tumbuh tegak 1,5-2 m, bulat gilig berdiameter hingga 2,5
cm, hijau gelap. Daun-daun terletak berseling, duduk, bentuk lanset, 7,5-50 cm
× 3-10 cm, pangkalnya perlahan-lahan menyempit, ujungnya meruncing dengan
runcingan sepanjang 3 cm, hijau mengkilap dengan banyak bintik yang awalnya
putih namun akhirnya merah darah. Perbungaan
muncul langsung dari rimpang, terpisah dari batang semu, adakalanya sebagian
terbenam tanah; tandan bertangkai panjang hingga 10 cm, ditutupi oleh
sisik-sisik yang rapat, yang tersusun seperti genting dan tidak rontok. Kelopak
seperti tabung seperti seludang, 1,3 cm, berambut. Mahkota berupa tuba,
bertaju-3, taju 8 mm panjangnya bentuk jorong memita, putih atau kekuningan.
Labellum[3] bundar telur lebar, 15-18 mm × 10-15 mm, menyempit di pangkalnya,
berambut halus di sisi dalam, kuning dengan pita tengah ungu gelap atau putih
(kekuningan) dengan pita tengah kuning diapit garis ungu. Buah kapsul bulat
agak tertekan, berdiameter 1-1,5 cm, bergaris-garis rapat dan berambut pendek
halus, bermahkota sisa perhiasan bunga. Biji banyak, kecil-kecil, terlindung
dalam salut biji berwarna keputihan.
Terna yang kuat, menahun, dan berbau aromatis pada pelbagai
bagiannya. Tumbuh mencapai tinggi 2 m, dengan rimpang yang tumbuh menjalar di
bawah tanah, agak bulat gilig, gemang 1-2 cm, putih kekuningan, tertutupi
sisik-kelopak tak berambut berwarna coklat kemerahan.
Batang-batang semu muncul agak terpisah-pisah, tumbuh tegak
1,5-2 m, bulat gilig berdiameter hingga 2,5 cm, hijau gelap. Daun-daun terletak
berseling, duduk, bentuk lanset, 7,5-50 cm × 3-10 cm, pangkalnya perlahan-lahan
menyempit, ujungnya meruncing dengan runcingan sepanjang 3 cm, hijau mengkilap
dengan banyak bintik yang awalnya putih namun akhirnya merah darah.
Perbungaan muncul langsung dari rimpang, terpisah dari
batang semu, adakalanya sebagian terbenam tanah; tandan bertangkai panjang
hingga 10 cm, ditutupi oleh sisik-sisik yang rapat, yang tersusun seperti
genting dan tidak rontok. Kelopak seperti tabung seperti seludang, 1,3 cm,
berambut. Mahkota berupa tuba, bertaju-3, taju 8 mm panjangnya bentuk jorong
memita, putih atau kekuningan. Labellum[4] bundar telur lebar, 15-18 mm × 10-15
mm, menyempit di pangkalnya, berambut halus di sisi dalam, kuning dengan pita
tengah ungu gelap atau putih (kekuningan) dengan pita tengah kuning diapit
garis ungu. Buah kapsul bulat agak tertekan, berdiameter 1-1,5 cm,
bergaris-garis rapat dan berambut pendek halus, bermahkota sisa perhiasan
bunga. Biji banyak, kecil-kecil, terlindung dalam salut biji (arilus) berwarna
keputihan.
Penyebaran dan ekologi
A. compactum adalah tumbuhan asli dan endemik di wilayah
perbukitan di Jawa bagian barat. Kini ditanam dan mungkin meliar di berbagai
tempat, A. compactum terutama dihasilkan secara komersial dari Jawa Barat dan
Sumatra bagian selatan.[2]
Tanaman ini terutama menyenangi wilayah dengan kelembaban
yang tinggi, curah hujan antara 2.500-4.000 mm pertahun, suhu tahunan yang
kurang lebih hangat dan stabil (23-28 °C), dan banyak hari hujan (sekurangnya
136 hari dalam setahun). Kapulaga juga menghendaki tempat yang setengah
ternaungi, pada tanah-tanah yang terdrainase dengan baik, pH 5-6,8, dan
memiliki kandungan bahan organik yang cukup tinggi.
Catatan
Dalam konteks perdagangan, aneka jenis cardamom (= kapulaga)
dihasilkan dari sekurang-kurangnya 4 genera, yakni Aframomum K. Schumann,
Alpinia Roxb., Amomum Roxb., dan Elettaria Maton; dengan jenis E. cardamomum
yang dianggap sebagai true cardamom.
Kapulaga seberang
Kapulaga seberang atau kapulaga sabrang adalah sejenis
rempah yang penting untuk pelbagai jenis masakan di Asia dan juga banyak
digunakan untuk bahan obat tradisional (jamu). Berasal dari Asia Selatan, jenis
kapulaga ini diduga menyebar secara liar hingga ke wilayah Malesia.
Nama asing kapulaga adalah pai thou kou (bahasa Tionghoa).
Orang Yunani menyebut buah itu cardamomom yang kemudian dilatinkan oleh orang
Romawi menjadi cardamomum. Dalam bahasa Inggris disebut cardamom. Dalam bahasa
Thai disebut krava, elaichi dalam bahasa Hindi, dan elakkaai dalam bahasa
Tamil.
Budidaya
Pada umur dua tahun kapulaga seberang sudah menghasilkan
banyak buah.
Semula ditemukan tumbuh alamiah di daerah Pegunungan
Malabar, pantai barat India. Karena laku di pasar dunia, kapulaga sabrang
kemudian banyak ditanam di Sri Lanka, Thailand, dan Guatemala. Di Indonesia
diketahui telah ditanam semenjak tahun 1920-an meskipun belum bernilai
komersial, dan mulai dibudidayakan secara serius sejak 1986.
Dalam perdagangan kemudian ditawarkan juga varietas lain
kapulaga sabrang dari pegunungan tinggi Mysore (India) yang buah lonjongnya
lebih membulat, dan lebih disukai karena lebih sedap. Berbeda dengan kapulaga
Malabar yang tandan bunganya merayap, tandan bunga kapulaga Mysore tumbuh
tegak. Dari Sri Lanka ditawarkan Elettaria cadamomum var. major sebagai Ceylon
cardamom. Buahnya lebih lebar dan pipih daripada kapulaga Malabar, E.
cardamomum var. minor. Dari Thailand, kemudian juga ditawarkan Siamese cardamom
yang masih sejenis dengan kapulaga Jawa, Amomum cardamomum.
Bentuk fisik
Tumbuhan kapulaga tergolong dalam herba dan membentuk
rumpun, sosoknya seperti tumbuhan jahe, dan dapat mencapai ketinggian 2-3 meter
dan tumbuh di hutan-hutan yang masih lebat. Kapulaga hidup subur di ketinggian
200-1.000 meter di atas permukaan laut.
Awalnya memang hidup liar, namun kini kapulaga sabrang
dibudidayakan sebagai tanaman rempah. Tumbuhan berbatang basah ini memiliki
batang berpelepah daun yang membalut batangnya. Letak daunnya berseling-seling.
Bunga tumbuhan ini tersusun dalam tandan yang keluar dari rimpangnya. Buahnya
berbentuk bula telur, berbulu, dan berwarna kuning kelabu. Buahnya berkumpul
dalam tandan kecil dan pendek. Bila masak, buahnya akan pecah dan membelah
berdasarkan ruang-ruangnya. Di dalamnya terdapat biji yang berbentuk bulat
telur memanjang.
Buah
Kapulaga berbuah pada umur 3 tahun. Buah kapulaga muncul
dari batang semu dekat tanah, dan merayap bersama tandannya yang sepanjang 1 m,
ke tanah sekitarnya. Supaya tidak kotor kecipratan tanah kalau hujan, petani
pemiliknya menyelipkan lembaran plastik sebagai alas di bawah tandan buah itu.
Buah lonjong sepanjang 1 cm yang bersisi tiga itu dipetik
kalau sudah montok, padat berisi, setengah matang. Warna hijaunya sudah berubah
hijau muda. Tadinya hijau tua. Ketika berubah warna itulah baunya sedap
sesedap-sedapnya.
Di India, buah yang sudah dikeringkan, disortir menurut
ukuran dan warnanya. Yang sudah kuning jerami cantik, dikemas sebagai buah siap
jual, sedangkan yang belum dipucatkan dulu dengan uap belerang. Penjagaan mutu
inilah yang membuat India menjadi pengekspor kapulaga yang digemari orang.
Buah yang sudah kering menjadi keriput, bergaris-garis,
berisi 4 – 7 butir biji kecil coklat kemerah-merahan. Rasanya agak pedas
seperti jahe, tetapi baunya tidak.
Aroma
Kapulaga sabrang memiliki aroma bau sedap. Aroma sedap ini
berasal dari kandungan minyak atsiri pada kapulaga. Minyak atsiri ini
mengandung lima zat utama, yaitu:
• borneol (suatu
terpena) yang berbau kamper seperti yang tercium dalam getah pohon kamper
•
alfa-terpinilasetat yang harum seperti bau jeruk pettigrain
• limonen yang juga
harum seperti bau jeruk keprok
• alfa terpinen
yang harum seperti jeruk sitrun
• cineol yang sedap
agak pedas menghangatkan seperti minyak kayu putih.
Kombinasi inilah yang membentuk aroma khas kapulaga.
Khasiat
Biji, yang diambil dari tumbuhan sebelum buah masak benar,
dapat dimanfaatkan sebagai obat. Dalam dunia obat-obatan biji yang telah
dikeringkan dinamakan semen cardamomi. Selain bijinya, yang digunakan untuk
obat adalah bagian akar, buah, dan batangnya. Kapulaga mengandung minyak
atsiri, sineol, terpineol, borneol, protein, gula, lemak, silikat, betakamfer,
sebinena, mirkena, mirtenal, karvona, terpinil asetat, dan kersik. Dari
kandungan tersebut kapulaga memiliki khasiat sebagai obat batuk. Kapulaga juga
memiliki khasiat untuk mencegah keropos tulang.
Beberapa pabrik bumbu juga mengekstrakkan minyak asiri dari
biji kapulaga menjadi oil of cardamom yang kemudian dikemas dalam botol. Dalam
bentuk minyak ini pula, kapulaga dipakai untuk menyedapkan soft drink dan es
krim Amerika di pabriknya.
Kayu putih
Gelam atau Kayu putih merupakan pohon anggota suku
jambu-jambuan (Myrtaceae) yang dimanfaatkan sebagai sumber minyak kayu putih
(cajuput oil). Minyak diekstrak (biasanya disuling dengan uap) terutama dari
daun dan rantingnya. Namanya diambil dari warna batangnya yang memang putih.
Tumbuhan ini terutama tumbuh baik di Indonesia bagian timur
dan Australia bagian utara, namun demikian dapat pula diusahakan di
daerah-daerah lain yang memiliki musim kemarau yang jelas.
Minyak kayu putih mudah menguap. Pada hari yang panas orang
yang berdekatan dengan pohon ini akan dapat membauinya dari jarak yang cukup
jauh.
Sebagai tumbuhan industri, kayu putih dapat diusahakan dalam
bentuk hutan usaha (agroforestri). Perhutani memiliki beberapa hutan kayu putih
untuk memproduksinya. Minyak kayu putih yang diambil dari penyulingan biasa
dipakai sebagai minyak balur atau campuran minyak pengobatan lain (seperti
minyak telon) atau campuran parfum serta produk rumah tangga lain.
Kecombrang
Kecombrang, kantan, atau honje (Etlingera elatior) adalah
sejenis tumbuhan rempah dan merupakan tumbuhan tahunan berbentuk terna yang
bunga, buah, serta bijinya dimanfaatkan sebagai bahan sayuran. Nama lainnya
adalah kincung (Medan), kincuang dan sambuang (Minangkabau) serta siantan
(Malaya). Orang Thai menyebutnya kaalaa.
Rumpun honje
Honje berwarna kemerahan seperti jenis tanaman hias
pisang-pisangan atau mirip sekali dengan tanaman lengkuas / laos. Jika batang
sudah tua, bentuk tanamannya mirip jahe, dengan tinggi mencapai 5 m.
Batang-batang semu bulat gilig, membesar di pangkalnya;
tumbuh tegak dan banyak, berdekat-dekatan, membentuk rumpun jarang, keluar dari
rimpang yang menjalar di bawah tanah. Rimpangnya tebal, berwarna krem,
kemerah-jambuan ketika masih muda. Daun 15-30 helai tersusun dalam dua baris,
berseling, di batang semu; helaian daun jorong lonjong, 20-90 cm × 10-20 cm,
dengan pangkal membulat atau bentuk jantung, tepi bergelombang, dan ujung
meruncing pendek, gundul namun dengan bintik-bintik halus dan rapat, hijau
mengkilap, sering dengan sisi bawah yang keunguan ketika muda.[2]
Kecombrang baru mekar
Bunga dalam karangan berbentuk gasing, bertangkai panjang
0,5-2,5 m × 1,5-2,5 cm, dengan daun pelindung bentuk jorong, 7-18 cm × 1-7 cm,
merah jambu hingga merah terang, berdaging, melengkung membalik jika mekar.
Kelopak bentuk tabung, panjang 3-3,5 cm, bertaju 3, terbelah. Mahkota bentuk
tabung, merah jambu, hingga 4 cm. Labellum[3] serupa sudip, sekitar 4 cm
panjangnya, merah terang dengan tepian putih atau kuning.
Buah berjejalan dalam bongkol hampir bulat berdiameter 10-20
cm; masing-masing butir 2-2,5 cm besarnya, berambut halus pendek di luarnya,
hijau dan menjadi merah ketika masak. Berbiji banyak, coklat kehitaman,
diselubungi salut biji putih bening atau kemerahan yang berasa masam.
Manfaat
Kecombrang atau bunga honje terutama dijadikan bahan
campuran atau bumbu penyedap berbagai macam masakan di Nusantara. Kuntum bunga
ini sering dijadikan lalap atau direbus lalu dimakan bersama sambal di Jawa
Barat. Kecombrang yang dikukus juga kerap dijadikan bagian dari pecel di daerah
Banyumas. Di Pekalongan, kecombrang yang diiris halus dijadikan campuran
pembuatan megana, sejenis urap berbahan dasar nangka muda. Di Malaysia dan
Singapura, kecombrang menjadi unsur penting dalam masakan laksa.
Di Tanah Karo, buah honje muda disebut asam cekala. Kuncup
bunga serta “polong”nya menjadi bagian pokok dari sayur asam Karo; juga menjadi
peredam bau amis sewaktu memasak ikan. Masakan Batak populer, arsik ikan mas,
juga menggunakan asam cekala ini. Di Palabuhanratu, buah dan bagian dalam pucuk
honje sering digunakan sebagai campuran sambal untuk menikmati ikan laut bakar.
Honje juga dapat dimanfaatkan sebagai sabun dengan dua cara:
menggosokkan langsung batang semu honje ke tubuh dan wajah atau dengan
mememarkan pelepah daun honje hingga keluar busa yang harum yang dapat langsung
digunakan sebagai sabun. Tumbuhan ini juga dapat digunakan sebagai obat untuk
penyakit yang berhubungan dengan kulit, termasuk campak.
Nilai nurtrisi per 100 g (3.5 oz)
Energi
0 kJ (0 kcal)
Karbohidrat
4.4 g
- Serat pangan
1.2 g
Lemak
1.0 g
Protein
1.3 g
Air
91 g
Calcium
32 mg (3%)
Iron
4 mg (32%)
Magnesium
27 mg (7%)
Phosphorus
30 mg (4%)
Potassium
541 mg (12%)
Zinc
0.1 mg (1%)
Persentase merujuk kepada rekomendasi Amerika Serikat untuk
dewasa.
Dari rimpangnya, orang-orang Sunda memperoleh bahan pewarna
kuning. Pelepah daun yang menyatu menjadi batang semu, pada masa lalu juga
dimanfaatkan sebagai bahan anyam-anyaman; yaitu setelah diolah melalui
pengeringan dan perendaman beberapa kali selama beberapa hari. Batang semu juga
merupakan bahan dasar kertas yang cukup baik.
Jenis yang serupa
Honje hutan memiliki rasa dan kegunaan yang serupa. Jenis
ini sering tampak lebih kasar, dapat tumbuh hingga setinggi 7 m, dengan
butir-butir buah yang lebih besar, 5 cm × 2,5 cm.
Kemangi
• Kemangi adalah
terna kecil yang daunnya biasa dimakan sebagai lalap. Aroma daunnya khas, kuat
namun lembut dengan sentuhan aroma limau. Daun kemangi merupakan salah satu
bumbu bagi pepes. Sebagai lalapan, daun kemangi biasanya dimakan bersama-sama
daun kubis, irisan ketimun, dan sambal untuk menemani ayam atau ikan goreng. Di
Thailand ia dikenal sebagai manglak dan juga sering dijumpai dalam menu masakan
setempat.
• Kemangi adalah
hibrida antarspesies antara dua spesies selasih, Ocimum basilicum dan O.
americanum. Ia dikenal juga sebagai O. basilicum var. anisatum Benth. Aroma
khasnya berasal dari kandungan sitral yang tinggi pada daun dan bunganya.
Morfologi
• Terna, tinggi
60–70cm; batang halus dengan daun pada setiap ruas; daun berwarna hijau muda,
bentuk oval. 3-4cm panjang, berambut halus di permukaan bagian bawah; bunganya
berwarna putih, kurang menarik, tersusun dalam tandan, bila dibiarkan berbunga,
maka pertumbuhan daun lebih sedikit dan tanaman cenderung cepat menua dan mati.
Peringatan
• Sebagai bagian
dari keluarga selasih, kemangi dapat mengandung estragol, senyawa yang
diketahui karsinogen (pemicu kanker) pada mencit. Walaupun pengujian efek pada
manusia belum dilakukan, penggunaan berlebihan selayaknya dihindari.
Kemiri
Kemiri adalah tumbuhan yang bijinya dimanfaatkan sebagai
sumber minyak dan rempah-rempah. Tumbuhan ini masih sekerabat dengan singkong
dan termasuk dalam suku Euphorbiaceae. Dalam perdagangan antarnegara dikenal
sebagai candleberry, Indian walnut, serta candlenut. Pohonnya disebut sebagai
varnish tree atau kukui nut tree. Minyak yang diekstrak dari bijinya berguna
dalam industri untuk digunakan sebagai bahan campuran cat.
Tidak diketahui dengan tepat asal-usulnya, tumbuhan ini
menyebar luas mulai dari India dan Cina, melewati Asia Tenggara dan Nusantara,
hingga Polinesia dan Selandia Baru. Di Indonesia, kemiri dikenal dengan banyak
nama. Di antaranya, kembiri, gambiri, hambiri (Bat.); kemili (Gayo); kemiling
(Lamp.); buah kareh (buah keras, Mink.; Nias); keminting (Day.). Juga muncang
(Sd.); dèrèkan, pidekan, miri (Jw.); kamèrè, komèrè, mèrè (Md.); dan lain-lain.
Kemiri sekarang tersebar luas di daerah-daerah tropis.
Tanaman ini adalah tumbuhan resmi negara bagian Hawaii.
Bunga kemiri
Pohon besar; dengan tinggi mencapai 40 m dan gemang hingga
1,5 m. Pepagan abu-abu, sedikit kasar berlentisel. Daun muda, ranting, dan
karangan bunga dihiasi dengan rambut bintang yang rapat, pendek, dan berwarna
perak mentega; seolah bertabur tepung. Dari kejauhan tajuk pohon ini nampak
keputihan atau keperakan.
Daun tunggal, berseling, hijau tua, bertangkai panjang
hingga 30 cm, dengan sepasang kelenjar di ujung tangkai. Helai daun hampir bundar,
bundar telur, bundar telur lonjong atau menyegitiga, berdiameter hingga 30 cm,
dengan pangkal bentuk jantung, bertulang daun menjari hanya pada awalnya,
bertaju 3-5 bentuk segitiga di ujungnya.
Perbungaan dalam malai thyrsoid yang terletak terminal atau
di ketiak ujung, panjang 10–20 cm. Bunga-bunga berkelamin tunggal, putih,
bertangkai pendek. Bunga-bunga betina berada di ujung malai payung tambahan;
bunga-bunga jantan yang lebih kecil dan mekar lebih dahulu berada di
sekelilingnya, berjumlah lebih banyak. Kelopak bertaju 2-3; mahkota bentuk
lanset, bertaju-5, panjang 6–7 mm pada bunga jantan, dan 9–10 mm pada bunga
betina. Buah batu agak bulat telur gepeng, 5-6 cm × 4-7 cm, hijau zaitun di
luar dengan rambut beledu, berdaging keputihan, tidak memecah, berbiji-2 atau
1. Biji bertempurung keras dan tebal, agak gepeng, hingga 3 cm × 3 cm; dengan
keping biji keputihan, kaya akan minyak.
Kegunaan:
-Biji
Kemiri terutama ditanam untuk bijinya; yang setelah diolah
sering digunakan dalam masakan Indonesia dan masakan Malaysia. Di Pulau Jawa,
kemiri juga dijadikan sebagai saus kental yang dimakan dengan sayuran dan nasi.
Kemiri memiliki kesamaan dalam rasa dan tekstur dengan macadamia yang juga
memiliki kandungan minyak yang hampir sama. Kemiri juga dibakar dan dicampur
dengan pasta dan garam untuk membuat bumbu masak khas Hawaii yang disebut
inamona. Inamona adalah bumbu masak utama untuk membuat poke tradisional
Hawaii.
Inti biji kemiri mengandung 60–66% minyak[2]. Di Hawaii,
pada masa kuno, kemiri (di sini disebut kukui) dibakar untuk menghasilkan
cahaya. Kemiri disusun berbaris memanjang pada sehelai daun palem, dinyalakan
salah satu ujungnya, dan akan terbakar satu demi satu setiap 15 menit atau
lebih. Ini juga berguna sebagai alat pengukur waktu. Misalnya, seseorang bisa
meminta orang lain untuk kembali ke rumah sebelum kemiri kedua habis terbakar.
Di Tonga, sampai sekarang, kemiri yang sudah matang (dinamai tuitui) dijadikan
pasta (tukilamulamu), dan digunakan sebagai sabun dan shampoo.
Penanaman kemiri modern kebanyakan hanya untuk memperoleh
minyaknya. Dalam setiap penanaman, masing-masing pohon akan menghasilkan
sekitar 30–80 kg kacang kemiri, dan sekitar 15 sampai 20% dari berat tersebut
merupakan minyak yang didapat. Kebanyakan minyak yang dihasilkan digunakan
secara lokal, tidak diperdagangkan secara internasional.
Minyak kemiri terutama mengandung asam oleostearat. Minyak
yang lekas mengering ini biasa digunakan untuk mengawetkan kayu, sebagai pernis
atau cat, melapis kertas agar anti-air, bahan sabun, bahan campuran isolasi,
pengganti karet, dan lain-lain. Minyak kemiri ini berkualitas lebih rendah
daripada tung oil, minyak serupa yang dihasilkan oleh Vernicia fordii (sin.
Aleurites fordii) dari Cina.
-Kayu
Meskipun dapat menghasilkan kayu yang berukuran besar, kayu
kemiri dianggap terlalu ringan dan tidak awet sebagai kayu bangunan. Kayu ini
berwarna keputihan dan amat ringan (BJ 0.35), serta amat mudah diserang jamur
atau serangga. Kayu kemiri yang melapuk sering ditumbuhi jamur kuping (Auricularia).
Kayu kemiri dapat digunakan untuk membuat furnitur,
peralatan kecil, korek api, dan juga untuk pulp. Di Jakarta, dulu, kayu kemiri
sering juga digunakan untuk membuat perabotan rumah tangga[2]. Di Hawaii, kayu
kemiri kadang-kadang digunakan untuk membuat sampan sederhana; atau
paling-paling untuk kayu bakar yang bermutu rendah. Di Lombok, kayu kemiri juga
diolah menjadi papan dan kerajinan tangan.
Lain-lain
Beberapa bagian dari tanaman ini sudah digunakan dalam
obat-obatan tradisional di daerah-daerah pedalaman. Minyaknya digunakan sebagai
bahan tambahan dalam perawatan rambut (untuk menyuburkan rambut). Bijinya dapat
digunakan sebagai pencahar. Di Jepang, kulit kayunya telah digunakan untuk
tumor. Di Sumatera, bijinya dibakar dengan arang, lalu dioleskan di sekitar
pusar untuk menyembuhkan diare. Di Jawa, kulit batangnya digunakan untuk
mengobati diare atau disentri.
Kemiri juga sering ditanam sebagai pohon serbaguna, untuk
menghijaukan lahan, sebagai peneduh di pekarangan, dan juga untuk pohon
hias[4]. Di Jawa, biji kemiri biasa dijadikan sebagai bahan permainan untuk
diadu kekerasan tempurungnya.
Isu kesehatan
Biji kemiri mengandung bahan beracun dengan kekuatan
ringan[6]. Karena itu sangat tidak dianjurkan mengonsumsi biji kemiri secara
mentah. Penggunaan kemiri harus diawali dengan menyangrai (memanaskan tanpa
minyak atau air) hingga biji hangat. Pemanasan akan menguraikan toksin.
Mitologi
Di Hawaii, pohon kemiri adalah simbol penerangan,
perlindungan, dan perdamaian. Kemiri dianggap sebagai bentuk tubuh Kamapua’a,
dewa babi. Salah satu legenda menceritakan tentang seorang wanita yang meskipun
telah melakukan segala usahanya yang terbaik untuk menyenangkan suaminya,
sering dipukuli. Akhirnya, suaminya itu membunuhnya hingga mati dan menguburnya
di bawah pohon kukui. Karena sang istri adalah wanita yang baik dan adil, ia
pun memperoleh kehidupannya kembali. Suaminya pun akhirnya terbunuh.
Kemukus
Sebutan “bintang kemukus” ditujukan untuk benda langit yang
biasa disebut komet.
Kemukus adalah tanaman yang tergolong dalam genus Piper,
yang ditanam untuk diambil buah dan minyak atsirinya. Tanaman ini berasal dan
banyak ditanam di Jawa dan Sumatera, sehingga disebut juga sebagai lada jawa
atau cabe jawa (“Java pepper”), meskipun cabe jawa adalah nama bagi rempah lain
(P. retrofractum dan P. longum) yang masih serupa.
Buah kemukus umumnya dipanen sebelum masak kemudian
dikeringkan. Kemukus sering dijual dalam bentuk buah kering yang masih memiliki
tangkai, sehingga sering disebut sebagai merica berekor (tailed pepper). Biji
kemukus berwarna putih, keras dan berminyak.
Buah kemukus kering digunakan sebagai bumbu rempah dalam
masakan, terutama masakan Indonesia. Kegunaan lain adalah sebagai penguat rasa
pada gin dan rokok. Namun kegunaan penting kemukus adalah sebagai bahan
farmakope dan sumber minyak atsiri.
Kencur
Kencur adalah salah satu jenis empon-empon/tanaman obat yang
tergolong dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae). Rimpang atau rizoma tanaman
ini mengandung minyak atsiri dan alkaloid yang dimanfaatkan sebagai stimulan.
Nama lainnya adalah cekur (Malaysia) dan pro hom (Thailand). Dalam pustaka
internasional (bahasa Inggris) kerap terjadi kekacauan dengan menyebut kencur
sebagai lesser galangal (Alpinia officinarum) maupun zedoary (temu putih), yang
sebetulnya spesies yang berbeda dan bukan merupakan rempah pengganti. Terdapat
pula kerabat dekat kencur yang biasa ditanam di pekarangan sebagai tanaman
obat, temu rapet (K. rotunda Jacq.), namun mudah dibedakan dari daunnya.
Nama kencur dipinjam dari bahasa Sanskerta, kachora, कचोर, yang berarti temu putih (Curcuma
zedoaria).
Pemerian
Kencur merupakan temu kecil yang tumbuh subur di daerah
dataran rendah atau pegunungan yang tanahnya gembur dan tidak terlalu banyak
air. Jumlah helaian daun kencur tidak lebih dari 2-3 lembar (jarang 5) dengan
susunan berhadapan, tumbuh menggeletak di atas permukaan tanah. Bunga majemuk
tersusun setengah duduk dengan kuntum bunga berjumlah antara 4 sampai 12 buah,
bibir bunga (labellum) berwarna lembayung dengan warna putih lebih dominan.
Tumbuhan ini tumbuh baik pada musim penghujan. Kencur dapat
ditanam dalam pot atau di kebun yang cukup sinar matahari, tidak terlalu basah
dan setengah ternaungi.
Penyebaran dan etnobotani
Tanaman ini dibudidayakan secara meluas di Asia Tenggara,
Cina selatan, Nusantara hingga Maluku; dan kemungkinan pula diintroduksi ke
Australia utara.
Kencur (nama bahasa Jawa dan bahasa Indonesia) dikenal di
berbagai tempat dengan nama yang berbeda-beda: cikur (bahasa Sunda); ceuko
(bahasa Aceh); kaciwer (bahasa Karo); kencor (Madura); cekuh (bahasa Bali);
kencur, sukung (bahasa Melayu Manado); asauli, sauleh, soul, umpa
(bahasa-bahasa di Maluku); serta cekir (Sumba).
Berbagai masakan tradisional Indonesia dan jamu menggunakan
kencur sebagai bagian resepnya. Kencur dipakai orang sebagai tonikum dengan
khasiat menambah nafsu makan sehingga sering diberikan kepada anak-anak. Jamu
beras kencur sangat populer sebagai minuman penyegar pula. Di Bali, urap dibuat
dengan menggunakan daun kencur.
Ungkapan “masih bau kencur” berarti “masih belum
berpengalaman”.
Komposisi kimia
Komposisi kimia rimpang[3]:
• pati (4,14 %),
• mineral (13,73
%),
• minyak-minyak
atsiri (0,02 %), berupa
o sineol,
o asam metil kanil
dan penta dekaan,
o asam sinamat,
o etil ester,
o borneol,
o kamphene,
o paraeumarin,
o asam anisat,
o alkaloid
Ketumbar
• Ketumbar adalah
tumbuhan rempah-rempah yang populer. Buahnya yang kecil dikeringkan dan
diperdagangkan, baik digerus maupun tidak. Bentuk yang tidak digerus mirip
dengan lada, seperti biji kecil-kecil berdiameter 1-2 mm. Dalam perdagangan
obat ia dinamakan fructus coriandri. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai
coriander dan di Amerika dikenal sebagai cilantro. Tumbuhan ini berasal dari
Eropa Selatan dan sekitar Laut Kaspia.
• Berbagai jenis
masakan tradisional Indonesia kerap menggunakan bumbu berupa biji berbentuk
butiran beraroma keras yang dinamakan ketumbar. Dengan tambahan bumbu tersebut,
aroma masakan akan lebih nyata.
• Tak hanya bijinya
saja yang sering digunakan dalam masakan. Daunnya yang majemuk seperti seledri
itu sering diiris tipis dan dijadikan taburan dalam masakan seperti sup dan
salad khas Thailand. Di negara itu, ketumbar diberi nama phak chee. Sama dengan
bijinya, daun ketumbar juga beraroma tajam.
• Biasanya,
tumbuhan ini ditanam di kebun-kebun daerah dataran rendah dan pegunungan.
Seperti halnya seledri, tumbuhan ini hanya mencapai ketinggian satu meter dari
tanah.
• Daunnya hijau
dengan tepian bergerigi. Sedangkan, untuk bunga mejemuknya berbentuk payung
bersusun berwarna putih dan merah muda. Untuk buah, bentuknya hampir bulat
berwarna kuning bersusun, Kalau matang, buahnya mudah dirontokkan. Setelah itu,
buahnya dikeringkan.
• Di sana, biji
yang dikeringkan Di beberapa daerah, ketumbar sering diberikan nama yang
berbeda-beda.
Manfaat ketumbar
• Manfaat dari
tumbuhan ini sudah banyak dirasakan di berbagai negara. Ketumbar biasanya
digunakan pelancar pencernaan, peluruh kentut (carminative), peluruh ASI
(lactago), dan penambah nafsu makan (stomachica). Namanya berbeda-beda di
berbagai negara juga di berbagai daerah di Indonesia.
• Manfaat yang
diambil dari ketumbar adalah dari daun, biji, dan buah. Dari semua bagian itu
terdapat kandungan berupa sabinene, myrcene, a-terpinene, ocimene, linalool,
geraniol, dekanal, desilaldehida, trantridecen, asam petroselinat, asam
oktadasenat, d-mannite, skopoletin, p-simena, kamfena, dan felandren.
• Khasiatnya tak
sebatas pelancar pencernaan saja. Ketumbar juga berguna untuk meredakan pusing,
muntah-muntah, influenza, wasir, radang lambung dan radang payudara, campak,
masuk angin, tekanan darah tinggi, dan lemah syahwat.
• Penggunaan
ketumbar bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti ditumbuk halus dan
direbus, baik untuk pengobatan luar, maupun dalam.
• Untuk pengobatan
luar biasanya dihaluskan dan dijadikan adonan dengan dicampur air dan bahan
lainnya. Lalu adonan itu ditempelkan pada bagian yang sakit. Cara ini dilakukan
untuk perut kembung (ditambah katuk, bawang merah, dan buah pinang), sakit kepala
(ditambah buah pinang, daun sirih, mangle, dan pacar jawa), serta radang
payudara.
• Sementara, untuk
pengobatan dalam biasanya ketumbar direbus. Setelah direbus dan ditambah
beberapa bahan lain, air rebusannya disaring lalu diminum secara rutin. Cara
ini digunakan untuk pengobatan tekanan darah tinggi (ditambah seledri),
influenza (ditambah jahe, daun bawang putih, dan madu), batuk (ditambah kayu
manis, kumis kucing, dan gula aren), memperbanyak ASI, muntah-muntah, radang
lambung, keracunan jamur, dan lainnya.
Cara lainnya adalah dengan menyangrai biji ketumbar,
ditumbuk halus, lalu diseduh dengan air (wasir). Ada pula dengan menghaluskan
ketumbar dan bahan lainnya, ditambah air, disaring lalu diminum (lemah
syahwat). Untuk mengatasi batuk, ketumbar, jahe, dan buah pir di tim, lalu
dimakan.
Ketumbar bolivia
Ketumbar bolivia, atau dalam bahasa Inggris disebut Bolivian
coriander adalah sejenis tumbuhan
anggota suku kenikir-kenikiran atau Asteraceae. Di Meksiko dan Amerika Selatan
daunnya yang harum aromatis dimanfaatkan sebagai rempah-rempah penyedap salsa.
Akan tetapi di Indonesia terna ini kebanyakan ditemukan liar sebagai gulma.
Orang Sunda menyebutnya seungit mangga ngora.
Pemerian botani
Terna tegak, hijau kebiruan, bercabang-cabang, hingga 2 m
tingginya. Batang sebagian atau seluruhnya sering ungu kemerahan. Daun-daun
tersebar dalam spiral, bertangkai 0,5–3 cm. Helaian daun gundul, agak-agak
berdaging, jorong hingga jorong bundar-telur-sungsang, 1–7 × 0,5–2,5 cm, dengan
pangkal menyempit sepanjang tangkai.[1] Sering nampak jelas beberapa lubang
kelenjar serupa pori, terutama di bagian tepi daun (porophyllum, dari bahasa
Yunani: poros, berlubang; phyllon atau phyllum, daun).
Perawakan
Bunga majemuk dalam bongkol panjang seperti tabung, 2–2,5 ×
6–10 mm; terminal atau di ketiak, berisi sekitar 30 bunga; bertangkai panjang
yang membengkak di ujung, 2–5 cm. Mahkota bentuk tabung sempit, 1–1,5 cm, hijau
kekuningan dengan ujung ungu kecoklatan, bertaju-5 pendek. Buah keras (achene)
sempit memanjang, 6–8 mm, bergaris-garis dan berbulu sangat halus, dengan rambut
sikat (pappus) panjang hingga 1 cm.
Ekologi dan penyebaran
Asal-usul tumbuhan ini adalah Amerika Tengah dan Selatan.
Pada tahun 1945 terna ini ditemukan dekat Bogor, dan sejak itu meluas dengan
cepat.[1]
Gulma ini menyukai tanah yang subur. Di lahan gembalaan yang
bertanah lembab, kaya sinar matahari atau yang sedikit terlindung; sawah-sawah
di pegunungan; dan tanah-tanah terlantar di dataran rendah.
Meskipun disebut ketumbar bolivia, tumbuhan ini bukan
kerabat dekat ketumbar.
Kopal
Kopal adalah hasil olahan getah (resin) yang disadap dari
batang damar (Agathis dammara dan beberapa Agathis lainnya) serta batang dari
batang pohon anggota suku Burseraceae (Bursera, Protium). Kopal merupakan bahan
dasar bagi cairan pelapis kertas supaya tinta tidak menyebar. Bahan ini juga
dipakai sebagai campuran lak dan vernis.
• Agathis dammara
menghasilkan kopal yang dikenal sebagai “Manila copal”. A. australis
menghasilkan “Kauri copal”.
• Kopal telah lama
dikenal dalam kebudayaan Amerika Tengah, seperti Aztek dan Maya. Asal-usul nama
“kopal” berasal dari bahasa setempat yang berarti “dupa” atau “setanggi”.
• Kandungan kopal
adalah asam-asam resinol, resin, dan minyak atsiri. Penggunaannya adalah
sebagai bahan perekat pada penambal gigi dan plester, campuran lak dan vernis.
Minyak kopal diperoleh dari penyulingan dan digunakan sebagai campuran parfum.
Kopal sering dianggap sebagai atau dijadikan pengganti batu damar, dan
dijadikan mata cincin.
Kucai
Kucai atau bawang kucai serta daun kucai, dikenal sebagai
sayuran daun dan biasa disajikan dalam irisan kecil-kecil. Kucai tidak terlalu
sering dipakai dalam menu Indonesia. Penggunaannya umum dalam masakan dengan
pengaruh Tiongkok, seperti bubur ayam. Pada budaya boga Tiongkok dan Jepang,
kucai merupakan bahan campuran isi Jiaozi (Gyōza).
Kucai berdaun pipih dan bunganya berwarna putih. Kucai
berbeda dengan lokio (“bawang batak”, A. chinense), A. schoenoprasum L
(chives), yang berdaun silinder (gilig) dan berongga. Aroma kucai lebih dekat
ke bawang putih daripada lokio, sehingga dalam bahasa Inggris disebut
garlic-chives dan dalam bahasa Jerman disebut Knoblauch-Schnittlauch.
Daunnya beraroma tajam dan pekat namun berbeda dengan aroma
daun prei (A. porrum) maupun daun bawang (A. cepa, A. fistulosum, A.
ascalonicum). Bunga kucai dapat digunakan pula sebagai rempah penyedap.
Kulit manis
Kulit manis atau lebih dikenal dengan nama yang kurang tepat
kayu manis ialah sejenis pohon penghasil rempah-rempah. Termasuk ke dalam jenis
rempah-rempah yang amat beraroma, manis, dan pedas. Orang biasa menggunakan
rempah-rempah ke dalam makanan yang dibakar manis, anggur panas.
Kayu manis adalah salah satu bumbu makanan tertua yang
digunakan manusia. Bumbu ini digunakan di Mesir Kuno sekitar 5000 tahun yang
lalu, dan disebutkan beberapa kali di dalam kitab-kitab Perjanjian Lama.
Kayu manis juga secara tradisional dijadikan sebagai
suplemen untuk berbagai penyakit, dengan dicampur madu, misalnya untuk
pengobatan penyakit radang sendi, kulit, jantung, dan perut kembung.
Kunir
Kunir atau kunyit, (Curcuma longa Linn. syn. Curcuma
domestica Val.) termasuk salah satu tanaman rempah dan obat asli dari wilayah
Asia Tenggara. Tanaman ini kemudian mengalami persebaran ke daerah Indo-Malaysia,
Indonesia, Australia bahkan Afrika. Hampir setiap orang Indonesia dan India
serta bangsa Asia umumnya pernah mengonsumsi tanaman rempah ini, baik sebagai
pelengkap bumbu masakan, jamu atau untuk menjaga kesehatan dan kecantikan.
Kunyit tergolong dalam kelompok jahe-jahean, Zingiberaceae.
Kunyit dikenal di berbagai daerah dengan beberapa nama lokal, seperti Turmeric
(Inggris), Kurkuma (Belanda), Kunyit (Indonesia dan Malaysia), Kunir (Jawa),
Koneng (Sunda), Konyet (Madura).
Kegunaan
Kunyit adalah rempah-rempah yang biasa digunakan dalam
masakan di negara-negara Asia. Kunyit sering digunakan sebagai bumbu dalam
masakan sejenis gulai, dan juga digunakan untuk memberi warna kuning pada
masakan, atau sebagai pengawet. Produk farmasi berbahan baku kunyit, mampu
bersaing dengan berbagai obat paten, misalnya untuk peradangan sendi atau
osteo-arthritis berbahan aktif natrium deklofenak, piroksikam, dan fenil
butason dengan harga yang relatif mahal atau suplemen makanan (Vitamin-plus)
dalam bentuk kapsul.
Produk bahan jadi dari ekstrak kunyit berupa suplemen
makanan dalam bentuk kapsul (Vitamin-plus) pasar dan industrinya sudah
berkembang. Suplemen makanan dibuat dari bahan baku ekstrak kunyit dengan bahan
tambahan Vitamin B1, B2, B6, B12, Vitamin E, Lesitin, Amprotab, Mg-stearat,
Nepagin dan Kolidon 90.
Sebagai obat
Umbi akar yang berumur lebih dari satu tahun dipakai sebagai
obat (umbi akar bersifat mendinginkan, membersihkan, memengaruhi bagian perut
Khususnya pada lambung , merangsang, melepaskan lebihan gas di usus,
menghentikan pendarahan dan mencegah penggumpalan darah) selain dari itu juga
digunakan sebagai bahan dalam masakan. Kunyit juga digunakan sebagai obat anti
gatal dan anti kejang serta mengurangi pembengkakan selaput lendir mulut. Kunyit
dikonsumsi dalam bentuk perasan yang disebut filtrat, juga diminum sebagai
ekstrak atau diguna sebagai salap untuk mengobati bengkak dan terkilir. Kunyit
juga berkhasiat untuk menyembuhkan hidung yang tersumbat, caranya dengan
membakar kunyit dan menghirupnya.
Kunyit bisa dipakai untuk menyembuhkan beberapa hal yang
berkaitan dengan penyimpangan pada kerja ginjal, terutama pada bebrapa
kasus-kasus yang ditandai dengan bau badan yang tidak sedap dan mata yang tidak
tahan terhadap sinar, penggunaan kunyit adalah sangat effektif, yaitu dengan
meminum segelas juice kunyit (dibuang ampasnya), selama 2 minggu
berturut-turut.
Cara sederhana adalah: 1. Ambil segenggam kunyit, lalu kupas
2. Parut atau juice dengan blender (biasa ditambahkan air secukupnya) 3.
Didihkan 2-3 kali (biasa ditandai dengan pemuaian) 4. Tambahkan garam sedikit
(seujung sendok) 5. Saring/Peras 6. Tuangkan perasan jeruk nipis (1 – 3 biji,
sesuai selera) 7. Tambahkan gula atau madu 8. Minum (lebih baik dalam keadaan
hangat)
Sebaiknya tidak minum selepas jam 5 sore.
Ini juga sangat efektif untuk menyembuhkan flu/demam pada
ibu-ibu yang hamil (tidak perlu dilakukan setiap hari; biasanya 1-2 hari sudah
bisa sembuh), sehingga terhindar dari penggunaan obat-obatan kimia yang bisa
berbahaya terhadap janin yang dikandungnya. Bila dikonsumsi oleh para ibu
hamil, dipercaya bayi yang lahir akan bersih dari lemak-lemak yang seringkali
menempel/menutupi seluruh badan bayi.
Penggunaan kunyit instant, sebaiknya tidak dilakukan untuk
pengobatan (khususnya untuk ibu-ibu hamil), karena ada kandungan-kandungan lain
yang mungkin bisa berbahaya bagi kandungan.
Kandungan utama kunyit adalah kurkumin dan minyak atsiri
yang berfungsi untuk pengobatan hepatitis, antioksidan, gangguan pencernaan,
anti mikroba, anti kolesterol, anti HIV, anti tumor (menginduksi apostosis),
menghambat perkembangan sel tumor payudara, menghambat ploriferasi sel tumor
pada usus besar, anti invasi, anti rheumatoid arthritis (rematik).Diabetes
melitus, Tifus, Usus buntu, Disentri, Sakit keputihan; Haid tidak lancar, Perut
mulas saat haid, Memperlancar ASI; Amandel, Berak lendir, Morbili, Cangkrang
(Waterproken).
Kunyit mempunyai prospek yang cerah pada sektor industri
hilir dalam berbagai bentuk seperti ekstrak, minyak, pati, makanan/minuman,
kosmetika, produk farmasi dan IKOT/IOT.
Kandungan kimia
Kunyit mengandung senyawa yang berkhasiat obat, yang disebut
kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin , desmetoksikumin sebanyak 10% dan
bisdesmetoksikurkumin sebanyak 1-5% dan zat- zat bermanfaat lainnya seperti
minyak atsiri yang terdiri dari Keton sesquiterpen, turmeron, tumeon 60%,
Zingiberen 25%, felandren , sabinen , borneol dan sineil. Kunyit juga
mengandung Lemak sebanyak 1 -3%, Karbohidrat sebanyak 3%, Protein 30%, Pati 8%,
Vitamin C 45-55%, dan garam-garam mineral, yaitu zat besi, fosfor, dan kalsium.
Lada
Lada atau merica adalah rempah-rempah berwujud bijian yang
dihasilkan oleh tumbuhan dengan nama sama. Lada sangat penting dalam komponen
masakan dunia dan dikenal luas sebagai komoditi perdagangan penting di Dunia
Lama. Pada masa lampau harganya sangat tinggi sehingga menjadi salah satu
pemicu penjelajahan orang Eropa ke Asia Timur untuk menguasai perdagangannya
dan, dengan demikian, mengawali sejarah kolonisasi Afrika, Asia, dan Amerika.
Di Indonesia, lada terutama dihasilkan di Pulau Bangka. Lada
disebut sahang dalam bahasa Melayu Lokal seperti bahasa Banjar, Melayu
Belitung, Melayu Sambas, dan lain-lain.
Moster Dijon
Moster (Belanda mosterd; Inggris mustard) adalah salah satu
rempah-rempah yang berasal dari biji tanaman sesawi (beberapa jenis Brassica
dan Sinapis) yang dihaluskan, sebelum diencerkan dengan air dan ditambah
bahan-bahan lain. Rempah ini memiliki rasa agak pedas dan agak menyengat di
lidah dan langit-langit mulut yang agak mirip dengan wasabi. Moster telah lama
menjadi penyedap dalam khazanah boga Eropa.
Jenis moster tergantung dari bahan bakunya. Sumber moster
adalah biji tanaman sesawi putih (Sinapis alba), sesawi hitam (Brassica nigra),
atau sesawi coklat/India (Brassica juncea). Moster putih memberikan rasa yang
paling “lembut”, sedangkan moster hitam memberikan rasa pedas dan menyengat
yang kuat. Jenis-jenis moster ini masih berkerabat dekat dengan sawi (B. rapa),
rapa (B. napus) dan kubis (B. oleracea). Biji-biji tumbuhan kerabat ini
sebetulnya juga dapat diolah menjadi moster tetapi aromanya kurang tajam
sehingga jarang dipakai.
Moster dari Dijon dan Meaux di Perancis sangat terkenal di
seluruh dunia, begitu pula moster Inggris asal Norwich dan Tewkesbury. Moster
biasanya dijual dalam kemasan botol gelas, botol plastik, atau dalam tube.
Merek moster yang terkenal di Amerika Serikat, misalnya: Plochman’s, French’s
dan Gulden’s. Merek moster Amora dan Maille populer di Perancis, sedangkan
merek Colman’s lebih populer di Inggris. Di Jerman moster juga populer sebagai
teman sosis bakar. Merek yang dominan adalah Tom’s.
Moster siap pakai
Moster siap pakai berupa cairan kental berupa pasta atau
saus berwarna kuning atau kuning kecoklatan dengan rasa tajam, dibuat dari biji
moster yang dihaluskan sebelum diencerkan dengan air, cuka dan ditambah
bahan-bahan lain seperti tepung.
Moster kadang-kadang memiliki rasa sangat kuat dan bila
dimakan berlebihan bisa menyebabkan orang yang memakan mengeluarkan air mata,
membuat langit-langit mulut terasa panas dan merangsang jalur pernafasan.
Sebagian orang perlu beberapa kali mencicipi moster sebelum terbiasa dan bisa
menikmati rasa mustar, walaupun banyak juga orang yang tidak suka.
Moster siap pakai konon pertama kali dibuat orang Romawi
yang mencampurkan sari buah anggur (must) dengan biji moster yang sudah
dihaluskan. Hasilnya berupa penyedap yang disebut mustum ardens atau “must
pedas”.
Moster Dijon tidak dilindungi peraturan Uni Eropa yang
disebut Perlindungan Indikasi Asal (PDO), sehingga moster yang tidak diproduksi
di Dijon boleh disebut sebagai moster Dijon walaupun sebagian pabrik pengolahan
moster juga terdapat di Dijon.
Moster Dijon dibuat dari biji tanaman moster coklat
(Brassica juncea). Rempah-rempah lain seperti cengkeh juga sering ditambahkan
ke dalam mustar. Di tahun 1658, pemerintah Perancis sempat melarang penjualan
moster produksi produsen yang tidak lulus sertifikasi karena moster sering
ditambahkan bahan pengisi yang merugikan konsumen.
Penggunaan pada masakan
Moster digunakan sebagai penyedap masakan yang mengandung
daging, khususnya daging dingin seperti ham. Orang Perancis suka memakan bistik
dengan moster Dijon yang memiliki rasa yang kuat.
Moster ditambahkan sewaktu membuat beberapa jenis saus
seperti mayones, vinaigrette dan saus barbekyu. Saus untuk selada (dressing)
yang menggunakan cuka dan minyak zaitun sering menggunakan moster sebagai
perasa.
Moster tidak populer di Amerika hingga tersedianya “saus
moster” dengan rasa yang tidak pedas, dibuat dari biji moster putih dengan
tambahan pewarna kuning dari kunyit. “Honey Dijon” sangat digemari di Amerika
karena rasanya yang manis karena dibuat dengan menambahkan madu pada moster
Dijon.
Salah satu jenis moster yang disebut honey moster dipakai
untuk sandwich dan teman makan kentang goreng dan onion ring. Moster juga
merupakan penyedap yang tidak boleh ketinggalan sewaktu membuat hot dog.
Museum Mustard Mount Horeb di Mt. Horeb, Wisconsin mempunyai
koleksi moster siap pakai yang terlengkap di dunia.
Nilam
Nilam adalah suatu semak tropis penghasil sejenis minyak
atsiri yang dinamakan sama (minyak nilam). Dalam perdagangan internasional,
minyak nilam dikenal sebagai minyak patchouli (dari bahasa Tamil patchai
(hijau) dan ellai (daun), karena minyaknya disuling dari daun). Aroma minyak
nilam dikenal ‘berat’ dan ‘kuat’ dan telah berabad-abad digunakan sebagai wangi-wangian
(parfum) dan bahan dupa atau setanggi pada tradisi timur. Harga jual minyak
nilam termasuk yang tertinggi apabila dibandingkan dengan minyak atsiri
lainnya.
Tumbuhan nilam berupa semak yang bisa mencapai satu meter.
Tumbuhan ini menyukai suasana teduh, hangat, dan lembab. Mudah layu jika
terkena sinar matahari langsung atau kekurangan air. Bunganya menyebarkan bau
wangi yang kuat. Bijinya kecil. Perbanyakan biasanya dilakukan secara
vegetatif.
Minyak nilam
Minyak nilam tergolong dalam minyak atsiri dengan komponen
utamanya adalah patchoulol. Daun dan bunga nilam mengandung minyak ini, tetapi
orang biasanya mendapatkan minyak nilam dari penyulingan uap terhadap daun
keringnya (seperti pada minyak cengkeh). Di Indonesia minyak nilam juga
disuling dari kerabat dekat nilam yang asli dari Indonesia, nilam Jawa
(Pogostemon heyneani), yang memiliki kualitas lebih rendah.
Minyak nilam yang baik umumnya memiliki kadar PA di atas
30%, berwarna kuning jernih, dan memiliki wangi yang khas dan sulit
dihilangkan. Minyak nilam jenis ini didapat dengan menggunakan teknik
penyulingan uap kering yang dihasilkan mesin penghasil uap (boiler) yang
diteruskan ke dalam tangki reaksi (autoklaf) selanjutnya uap akan menembus
bahan baku nilam kering dan uap yang ditimbulkan diteruskan ke bagian pemisahan
untuk dilakukan pemisahan uap air dengan uap minyak nilam dengan sistem
penyulingan. Minyak nilam yang baik dihasilkan dari tabung reaksi dan peralatan
penyulingan yang terbuat dari baja tahan karat (stainless steel) dan peralatan
tersebut hanya digunakan untuk menyuling nilam saja (tidak boleh berganti-ganti
dengan bahan baku lain).
Karena sifat aromanya yang kuat, minyak ini banyak digunakan
dalam industri parfum. Sepertiga dari produk parfum dunia memakai minyak ini,
termasuk lebih dari separuh parfum untuk pria. Minyak ini juga digunakan
sebagai pewangi kertas tisu, campuran deterjen pencuci pakaian, dan pewangi
ruangan. Fungsi yang lebih tradisional adalah sebagai bahan utama setanggi dan
pengusir serangga perusak pakaian.
Aroma minyak nilam dianggap ‘mewah’ menurut persepsi orang
Eropa, tetapi orang sepakat bahwa aromanya bersifat menenangkan.
Pala
Pala merupakan tumbuhan berupa pohon yang berasal dari
kepulauan Banda, Maluku. Akibat nilainya yang tinggi sebagai rempah-rempah,
buah dan biji pala telah menjadi komoditi perdagangan yang penting sejak masa
Romawi. Pala disebut-sebut dalam ensiklopedia karya Plinius “Si Tua”. Semenjak
zaman eksplorasi Eropa pala tersebar luas di daerah tropika lain seperti
Mauritius dan Karibia (Pulau Grenada). Istilah pala juga dipakai untuk biji
pala yang diperdagangkan.
Tumbuhan ini berumah dua (dioecious) sehingga dikenal pohon
jantan dan pohon betina. Daunnya berbentuk elips langsing. Buahnya berbentuk
lonjong seperti lemon, berwarna kuning, berdaging dan beraroma khas karena
mengandung minyak atsiri pada daging buahnya. Bila masak, kulit dan daging buah
membuka dan biji akan terlihat terbungkus fuli yang berwarna merah. Satu buah
menghasilkan satu biji berwarna coklat.
Pala dipanen biji, salut bijinya (arillus), dan daging
buahnya. Dalam perdagangan, salut biji pala dinamakan fuli, atau dalam bahasa
Inggris disebut mace, dalam istilah farmasi disebut myristicae arillus atau
macis). Daging buah pala dinamakan myristicae fructus cortex. Panen pertama
dilakukan 7 sampai 9 tahun setelah pohonnya ditanam dan mencapai kemampuan
produksi maksimum setelah 25 tahun. Tumbuhnya dapat mencapai 20m dan usianya
bisa mencapai ratusan tahun.
Sebelum dipasarkan, biji dijemur hingga kering setelah
dipisah dari fulinya. Pengeringan ini memakan waktu enam sampai delapan minggu.
Bagian dalam biji akan menyusut dalam proses ini dan akan terdengar bila biji
digoyangkan. Cangkang biji akan pecah dan bagian dalam biji dijual sebagai
pala.
Biji pala mengandung minyak atsiri 7-14%. Bubuk pala dipakai
sebagai penyedap untuk roti atau kue, puding, saus, sayuran, dan minuman
penyegar (seperti eggnog). Minyaknya juga dipakai sebagai campuran parfum atau
sabun.
Pandan wangi
Pandan wangi (atau biasa disebut pandan saja) adalah jenis
tumbuhan monokotil dari famili Pandanaceae yang memiliki daun beraroma wangi
yang khas. Daunnya merupakan komponen penting dalam tradisi masakan Indonesia
dan negara-negara Asia Tenggara lainnya.
Tumbuhan ini mudah dijumpai di pekarangan atau tumbuh liar
di tepi-tepi selokan yang teduh. Akarnya besar dan memiliki akar tunjang yang
menopang tumbuhan ini bila telah cukup besar. Daunnya memanjang seperti daun
palem dan tersusun secara roset yang rapat, panjangnya dapat mencapai 60cm.
Beberapa varietas memiliki tepi daun yang bergerigi.
Kegunaan
Daun tumbuhan merupakan komponen cukup penting dalam tradisi
boga Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya sebagai pewangi makanan
karena aroma yang dihasilkannya. Daun pandan biasa dilibatkan dalam pembuatan
kue atau masakan lain seperti kolak dan bubur kacang hijau. Sewaktu menanak
nasi, daun pandan juga kerap diletakkan di sela-sela nasi dengan maksud nasi
menjadi beraroma harum.
Aroma harum yang khas ini terasa kuat ketika daunnya masih
cukup segar atau agak kering. Selain sebagai pengharum kue, daun pandan juga
dipakai sebagai sumber warna hijau bagi makanan (selain daun suji), sebagai
komponen hiasan penyajian makanan, dan juga sebagai bagian dalam rangkaian
bunga di pesta perkawinan (dironce) untuk mengharumkan ruangan. Daun pandan
biasa dilibatkan dalam pembuatan kue-kue atau masakan lain seperti kolak dan
bubur kacang hijau. Sewaktu menanak nasi, daun pandan juga kerap diletakkan di
sela-sela nasi dengan maksud nasi menjadi beraroma harum.
Dalam sejumlah resep masakan berbahasa Inggris, daun pandan
kadang-kadang disebut sebagai “screwpine leaf”.
Kalau anda pengen tidak ketombean maka gunakanlah pandan
sebagai solisinya.
Piperaceae
Suku Sirih-sirihan atau Piperaceae adalah salah satu suku
anggota tumbuhan berbunga. Suku ini diakui keberadaannya oleh banyak sistem
klasifikasi tumbuhan.
Sistem klasifikasi APG II memasukkannya ke dalam bangsa
Piperales dan klad magnoliids.
Sistem klasifikasi Cronquist memasukkannya ke dalam bangsa
Piperales, anak kelas Magnoliidae, dan kelas Magnoliopsida.
Bunganya majemuk, tersusun dalam untaian (bunga untai).
Buahnya kecil, kering, dan keras, tergolong buah batu.
Dari anggotanya yang mencapai 1.300 jenis (dengan sekitar
selusin genera), banyak di antaranya yang bermanfaatan sebagai bahan pengobatan
maupun bumbu. Marga yang paling populer adalah Piper. Merica, baik putih maupun
hitam, merupakan bumbu masak populer yang diperoleh dari buah lada (P. nigrum).
Sesudah garam, boleh dikatakan merica adalah rempah-rempah yang paling umum
dipakai di penjuru dunia. Dari akar Piper methyscum, penduduk kawasan Pasifik
membuat kava, yaitu sejenis minuman memabukkan yang dipergunakan untuk
keperluan upacara.
Salam
Salam adalah nama pohon penghasil daun rempah yang digunakan
dalam masakan Nusantara. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Indonesian
bay-leaf atau Indonesian laurel, sedangkan nama ilmiahnya adalah Syzygium
polyanthum.
Pemerian botanis
Pohon berukuran sedang, mencapai tinggi 30 m dan gemang 60
cm. Pepagan (kulit batang) berwarna coklat abu-abu, memecah atau bersisik.
Daun tunggal terletak berhadapan, dengan tangkai hingga 12
mm. Helai daun berbentuk jorong-lonjong, jorong sempit atau lanset, 5-16 x
2,5-7 cm, gundul, dengan 6-11 urat daun sekunder, dan sejalur urat daun
intramarginal nampak jelas dekat tepi helaian, berbintik kelenjar minyak yang
sangat halus.
Karangan bunga berupa malai dengan banyak kuntum bunga, 2-8
cm, muncul di bawah daun atau kadang-kadang pada ketiak. Bunga kecil-kecil,
duduk, berbau harum, berbilangan-4; kelopak seperti mangkuk, panjangnya sekitar
4 mm; mahkota lepas-lepas, putih, 2,5-3,5 mm; benang sari banyak, lk. 3 mm,
terkumpul dalam 4 kelompok, lekas rontok; piringan tengah agak persegi, jingga
kekuningan. Buah buni membulat atau agak tertekan, 12 mm, bermahkota keping
kelopak, berwarna merah sampai ungu kehitaman apabila masak.
Nama Lain
Salam memiliki banyak nama yaitu:
• Melayu: ubar
serai
• Sunda, Jawa dan
Madura: Salam
• Kangean: kastolam
• Jawa: manting
• Sumatera:
meselengan
Kegunaan
Daun salam digunakan terutama sebagai rempah pengharum
masakan di sejumlah negeri di Asia Tenggara, baik untuk masakan daging, ikan,
sayur mayur, maupun nasi. Daun ini dicampurkan dalam keadaan utuh, kering atau
pun segar, dan turut dimasak hingga makanan tersebut matang. [4] Rempah ini
memberikan aroma herba yang khas namun tidak keras. Di pasar dan di dapur,
salam kerap dipasangkan dengan laos alias lengkuas.
Kayunya berwarna coklat jingga kemerahan dan berkualitas
menengah. Kayu yang tergolong ke dalam kayu kelat (nama perdagangan) ini dapat
dipergunakan sebagai bahan bangunan dan perabot rumah tangga. Kulit batang
salam mengandung tanin, kerap dimanfaatkan sebagai ubar (untuk mewarnai dan
mengawetkan) jala, bahan anyaman dari bambu dan lain-lain. Kulit batang dan
daun salam biasa digunakan sebagai bahan ramuan tradisional untuk menyembuhkan
sakit perut. Buah salam dimakan orang juga, meski hanya anak-anak yang
menyukainya.
Kegunaan Obat Tradisional
Secara tradisional, daun salam digunakan sebagai obat sakit
perut. [1] Daun salam juga dapat digunakan untuk menghentikan buang air besar
yang berlebihan. [5] Pohon salam bisa juga dimanfaatkan untuk mengatasi asam
urat, stroke, kolesterol tinggi, melancarkan peredaran darah, radang lambung,
diare, gatal-gatal, kencing manis, dan lain-lain.
Penggunaan daun salam sebagai obat diatas disebabkan oleh
kandungannya yakni pada daun salam kering terdapat sekitar 0,17% minyak
esensial, dengan komponen penting eugenol dan metil kavikol (methyl chavicol)
di dalamnya. Ekstrak etanol dari daun menunjukkan efek antijamur dan
antibakteri, sedangkan ekstrak metanolnya merupakan anticacing, khususnya pada
nematoda kayu pinus Bursaphelenchus xylophilus. [4] Kandungan kimia yang
dikandung tumbuhan ini adalah minyak atsiri, tannin, dan flavonoida. Bagian
pohon yang bisa dimanfaatkan sebagai obat adalah daun, kulit batang, akar, dan
buah.
Ekstrak daun salam 3×250 mg/hari menunjukkan kecenderungan
dapat menurunkan kadar gula darah puasa dan 2 jam setelah makan terutama pada
kadar gula darah di bawah 200 mg/dL walaupun secara statistik perbedaannya
tidak signifikan.
Ekologi
Salam menyebar di Asia Tenggara, mulai dari Burma, Indocina,
Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatra, Kalimantan dan Jawa. Pohon ini ditemukan
tumbuh liar di hutan-hutan primer dan sekunder, mulai dari tepi pantai hingga
ketinggian 1.000 m (di Jawa), 1.200 m (di Sabah) dan 1.300 m dpl (di Thailand);
kebanyakan merupakan pohon penyusun tajuk bawah. [4] Di samping itu salam
ditanam di kebun-kebun pekarangan dan lahan-lahan wanatani yang lain, terutama
untuk diambil daunnya. Daun salam liar hampir tak pernah dipergunakan dalam
masakan, selain karena baunya sedikit berbeda dan kurang harum, salam liar juga
menimbulkan rasa agak pahit.
Budidaya
Tanaman salam tumbuh pada tanah dengan ketinggian 225-450
meter di atas permukaan laut dengan curah hujan 3.000-4.000 mm/tahun pada jenis
latosol kehitaman.[8]. Pemupukan dilakukan dengan menambah pupuk kandang
secukupnya pada saat penanaman.[8] Untuk menambah daun, dilakukan penambahan
pupuk NPK.
Pemanenen salam dilakukan dengan pemetikan daun yang sudah
berwarna hijau tua. Daun tersebut dipangkas secara acak pada
ranting-rantingnya. [2]. Sesudah daun diperoleh dari rantingnya, daun dilayukan
dengan cara dihamparkan di lantai pada suhu ±27 °C dengan pembalikan intensif
selama tiga hari.[2] Untuk mendapatkan minyak atsiri selanjutnya simplisia
salam disuling dengan alat penyuling air dan uap selama 10 jam.
Salam koja
Salam koja atau daun kari adalah tumbuhan yang daunnya
(dinamakan sama) dipakai sebagai penyedap kari. Dalam bahasa Inggris dikenal
sebagai curry leaves. Daun ini dipakai sebagai bumbu di Aceh. Bentuk daun ini
agak sama dengan daun salam, cuma ukurannya lebih kecil dan baunya lebih tajam
dari daun salam. Bunga dari tumbuhan ini berbau harum dengan buah berbentuk
bulir berwarna ungu.
Asal tumbuhan ini adalah India dan Srilanka. Tumbuhan ini
tidak ditanam secara massal, tapi merupakan tumbuhan yang biasa terdapat pada
kebun di bagian selatan India dan Malaysia. Salam koja berkerabat dekat dengan
kemuning (M. paniculata).
Kandungan Kimiawi
Ekstrak daun koja dilaporkan memiliki kandungan sebagai
berikut:air(66.3%), protein (1%), lemak (1%), karbohidrat (16%), serat (6.4%)
dan mineral (4.2%). Kandungan mineral utama per 100 gram daun adalah kalsium
(810 mg), fospor (600 mg) dan besi (2.1 mg). Kandungan vitaminnya adalah
karoten (12,600 i.u.), asam nikotinat (2.3 mg) dan vitamin C (4 mg).
Minyak atsiri
Kandungan minyak atsiri pada daun koja dilaporkan ada 34
jenis, diantaranya α-pinene (51.7%), β-phellandrene (24.4%), sabinene (10.5%),
β-pinene (9.8%), β-caryophyllene (5.5%), limonene (5.4%), bornyl acetate
(1.8%), terpinen-4-ol(1.3%), γ-terpinene (1.2%) dan α-humulene.
Alkaloid
Kandungan alkaloid yang ditemukan pada daun koja diantaranya
mahanimbine, girinimbine dan dua karbazol alkaloid baru isomahanimbine and
koenimbidine dari daun dan akar.
Selasih
Selasih, tlasih, basil, atau basilikum adalah segolongan
terna yang dimanfaatkan daun, bunga, dan bijinya sebagai rempah-rempah serta
penyegar (tonikum). Berbagai bagian tumbuhan ini berbau dan berasa khas,
kadang-kadang langu, harum, atau manis, tergantung kultivarnya. Beberapa di
antaranya bahkan dapat membuat mabuk. Beberapa jenis selasih, misalnya kemangi,
berasal dari Asia Tenggara, namun sebagian besar dianggap berasal dari anak benua
India.
Keanekaragaman
Orang Eropa secara tradisional mengenal O. basilicum
(“basil” atau “sweet basil”) sebagai rempah yang diwariskan dari tradisi Yunani
Kuno. Di India, selasih yang paling dikenal adalah “tlasi” atau “tulasi” (“holy
basil”, O. tenuiflorum syn. O. sanctum). Nama Melayu selasih diambil dari nama
ini melalui bahasa Sanskerta. Warga Indocina dikenal menggunakan berbagai
kultivar selasih. Di Thailand dan negara-negara lain setempat dikenal “horapa”
(“Thai basil”, O. basilicum convar. Thyrsiflorum) dan “manglak” (“Thai lemon
basil”, O. ×citriodorum). Horapa populer sebagai bagian dari menu Vietnam,
misalnya pada sup sapi phở.
Manglak dikenal di Indonesia sebagai kemangi.
Penggunaan
Berbagai tradisi boga dunia, seperti Italia, Cina, India, dan
Thai banyak menggunakan selasih sebagai bagian dari penyedap utama. Di Italia,
daun selasih yang dikeringkan merupakan salah satu komponen saus pesto yang
khas Genoa.
Di Indonesia, selasih baru dikenal dari bijinya yang
digunakan sebagai campuran minuman penyegar dan daunnya sebagai lalap segar
(kemangi).
Ibadah di gereja-gereja Kristen Ortodoks melibatkan selasih
(basil) sebagai bagian dari kebaktian. Tanaman basil biasa diletakkan pada
sejumlah tempat di gereja.
Efek negatif
Selasih, seperti juga adas, mengandung estragol yang dapat
merangsang kanker pada tikus dan mencit. Meskipun efeknya terhadap manusia
belum dipelajari saat ini, percobaan terhadap kedua hewan tersebut menunjukkan
bahwa 100 hingga 1000 kali pemaparan diperlukan untuk menjadikannya berisiko
kanker.
Lain-lain
Nama “Selasih” dipakai pula sebagai sebutan bagi ayam yang
bulu, daging, dan tulangnya berwarna hitam (ayam kedu cemani).[2]. Pengarang
wanita pertama Indonesia[3] angkatan Pujangga Baru yaitu Sariamin Ismail dengan
karya novel pertamanya di tahun 1933 yang berjudul Kalau Tak Untung juga
memakai nama samaran “Selasih”.
Serai
Serai atau sereh adalah tumbuhan anggota suku
rumput-rumputan yang dimanfaatkan sebagai bumbu dapur untuk mengharumkan
makanan.
Minyak serai adalah minyak atsiri yang diperoleh dengan
jalan menyuling bagian atas tumbuhan tersebut. Minyak serai dapat digunakan
sebagai pengusir (repelen) nyamuk, baik berupa tanaman ataupun berupa
minyaknya.
Sesawi
Sesawi (mosterd dalam bahasa Belanda atau mustard dalam
bahasa Inggris) menunjuk pada sekelompok tumbuhan yang biasa dibudidayakan
sejak ribuan tahun lalu untuk dimanfaatkan bijinya sebagai penghasil minyak
nabati dan, terutama, sebagai bahan baku rempah-rempah mustar. Beberapa jenis
tumbuhan dapat disebut sesawi:
• Brassica juncea
(sesawi coklat, sesawi India, atau sesawi sayur, tergantung pemanfaatannya).
• Sesawi hitam,
black mustard, atau Brassica nigra (L.) WDJ. Koch merupakan tanaman semusim
yang ditanam untuk dimanfaatkan bijinya sebagai rempah-rempah. Biji sesawi
hitam diolah menjadi mustar. Mustar hitam yang dihasilkannya merupakan mustar
dengan “daya sengat” yang paling kuat — namun nyaris tanpa aroma — dibandingkan
dengan sumber mustar lainnya. Sebagaimana sesawi lain, efek “sengatan” ini
berasal dari kandungan beberapa bahan golongan glukosinolat seperti sinalbin,
sinigrin, dan sinapin.
• Tumbuhan ini
diperkirakan berasal dari daerah Laut Tengah timur laut dan sekarang tersebar
hingga India. Di India bijinya digunakan sebagai salah satu komponen bumbu kari
dan sumber minyak masak, walaupun semakin terdesak oleh sesawi India. Kandungan
minyaknya mencapai 30% dan sebagian besar mengandung asam lemak tak jenuh. Di
Eropa Timur dan Kanada biji yang telah dilepas cangkangnya digunakan sebagai
penekan batuk dan mengatasi infeksi saluran pernapasan bagian atas (ISPA)
sebelum digunakannya obat-obatan modern. Caranya adalah dengan membuat semacam
balur yang diletakkan di dada atau punggung hingga si sakit merasakan
“sengatan”.
• Semenjak tahun 1950-an sesawi hitam mulai
kehilangan popularitas dan digantikan oleh sesawi coklat (sesawi India) karena
tersedia kultivar sesawi coklat yang lebih mudah dipanen secara mekanis.
• Tumbuhan ini
dapat tumbuh setinggi 50 hingga 250cm dengan mahkota bunga berwarna kuning.
Daunnya ditutupi dengan rambut-rambut kecil. Di alam, sesawi hitam bersifat
oportunis dan dapat tumbuh di sembarang tempat sehingga sering menjadi gulma.
Bijinya kecil, dengan diameter kurang dari 1mm.
• Dalam tradisi Kristen,
biji sesawi hitam inilah yang diperkirakan yang dimaksud dalam “Perumpamaan
biji sesawi” yang disampaikan Jesus dalam beberapa kitab Injil.
• Mustar putih atau
sesawi putih (Sinapis alba L. syn. Brassica alba syn. S. hirta syn. B. hirta)
merupakan tumbuhan sesawi yang bijinya diolah menjadi mustar, rempah-rempah
penyedap dalam masakan Eropa. Tumbuhan ini berasal dari daerah Laut Tengah
bagian timur dan sudah sejak masa Romawi dikembangkan oleh manusia. Daunnya
digunakan pula sebagai pakan ternak dan biasa ditanam oleh petani Eropa sebagai
pupuk hijau untuk menjaga kondisi tanah.
• Rasa pedas dan
menyengat disebabkan oleh kandungan sinapin dan sinalbin pada bijinya. Bijinya
bulat, berwarna kuning pucat, dengan diameter sekitar 1mm. Biji dipanen lalu
dihaluskan menjadi bubuk mustar putih yang relatif lembut dibandingkan dengan
mustar coklat atau mustar hitam. Biji ini mengandung sinalbin (3%), protein,
dan lemak (sampai 30%). Rasa pedas dan menyengat dari mustar putih disebabkan
oleh sinalbin. Mustar putih memberikan rasa pedas yang lembut dan banyak
disukai orang daripada biji mustar hitam.
• Selain sebagai
sumber rempah, biji sesawi putih juga dapat dipakai sebagai sumber minyak
dengan asam lemak rantai panjang (asam erukat), seperti minyak rapa.
Wijen
Wijen adalah semak semusim yang termasuk dalam famili
Pedaliaceae. Tanaman ini dibudidayakan sebagai sumber minyak nabati, yang
dikenal sebagai minyak wijen, yang diperoleh dari ekstraksi bijinya. Afrika
tropik diduga merupakan daerah asalnya, yang lalu tersebar ke timur hingga ke
India dan Tiongkok. Di Afrika Barat ditemukan pula kerabatnya, S. ratiatum
Schumach. dan S. alabum Thom., yang di sana dimanfaatkan daunnya sebagai lalap.
S. ratiatum juga mengandung minyak, tetapi mengandung rasa pahit karena
tercampur dengan saponin yang juga beracun.
Saat ini, wijen ditanam terutama di India, Tiongkok, Mesir,
Turki, Sudan, serta Meksiko dan Venezuela.
Biologi dan Agronomi
Akar tanaman ini bertipe akar tunggang dengan banyak akar
cabang yang sering bersimbiosis dengan mikoriza VA (vesikular-arbuskular).
Tanaman mendapat keuntungan dari simbiosis ini dalam memperoleh air dan hara
dari tanah.
Penampilan morfologinya mudah dipengaruhi lingkungan. Tinggi
bervariasi dari 60 hingga 120cm, bahkan dapat mencapai 2-3m. Batangnya berkayu
pada tanaman yang telah dewasa. Daun tunggal, berbentuk lidah memanjang. Bunga
tumbuh dari ketiak daun, biasanya tiga namun hanya satu yang biasanya
berkembang baik. Bunga sempurna, kelopak bunga berwarna putih, kuning, merah
muda, atau biru violet, tergantung varietas. Dari bunga tumbuh 4-5 kepala sari.
Bakal buah terbagi dua ruang, yang lalu terbagi lagi menjadi dua, membentuk
polong. Biji terbentuk di dalam ruang-ruang tersebut. Apabila buah masak dan
mengering, biji mudah terlepas ke luar, yang menyebabkan penurunan hasil.
Melalui pemuliaan, sifat ini telah diperbaiki, sehingga buah tidak mudah pecah
ketika mengering. Banyaknya polong per tanaman, sebagai faktor penentu hasil
yang penting, berkisar dari 40 hingga 400 per tanaman. Bijinya berbentuk
seperti buah apokat, kecil, berwarna putih, kuning, coklat, merah muda, atau
hitam. Bobot 1000 biji 2-6g.
Tanaman wijen memerlukan suhu yang cukup tinggi untuk tumbuh
(asalnya dari daerah tropik). Tanaman ini cukup tahan terhadap kondisi kering,
meskipun hasilnya akan turun jika kurang mendapat pengairan.
Di Indonesia, tanaman wijen tidak terlalu luas ditanam. Di
daerah Gunungkidul, Yogyakarta, terdapat area penanaman wijen yang tidak
terlalu luas.
Kandungan gizi biji
Biji wijen mengandung 50-53% minyak nabati, 20% protein,
7-8% serat kasar, 15% residu bebas nitrogen, dan 4,5-6,5% abu. Minyak biji
wijen kaya akan asam lemak tak jenuh, khususnya asam oleat (C18:1) dan asam
linoleat (C18:2, Omega-6), 8-10% asam lemak jenuh, dan sama sekali tidak
mengandung asam linolenat. Minyak biji wijen juga kaya akan Vitamin E. Ampas
biji wijen (setelah diekstrak minyaknya) menjadi sumber protein dalam pakan
ternak.
Kegunaan
Wijen sudah sejak lama ditanam manusia untuk dimanfaatkan
bijinya, bahkan termasuk tanaman minyak yang paling tua dikenal peradaban.
Kegunaan utama adalah sebagai sumber minyak wijen. Bijinya yang berwarna putih
digunakan sebagai penghias pada penganan, misalnya onde-onde, dengan
menaburkannya di permukaan penganan tersebut. Biji wijen dapat dibuat pasta.
Berbagai tradisi memasak yang memanfaatkan kedelai tersebar mulai dari kawasan
Laut Tengah, seperti Yunani dan Turki, hingga Jepang dan semenanjung Korea.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar