Minggu, 19 Desember 2010

Laporan Penelitian Pinang

 Abstrak


Biji pinang dikenal mengandung senyawa antioksidan sehingga
berpotensi sebagai antikanker. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari
efek penghambatan ekstrak etanolik biji pinang (EP) terhadap pertumbuhan
sel kanker payudara, MCF-7. Standardisasi ekstrak etanolik biji buah Areca
catechu (EP) dilakukan sesuai standar BPOM. Ekstraksi serbuk biji buah
Areca catechu dilakukan dengan menggunakan etanol 96%. Pengamatan
sitotoksik untuk mendapatkan nilai IC50 dan penghambatan proliferasi sel
(menggunakan uji doubling time) dilakukan dengan menggunakan metode
MTT. Pengamatan dan pemeriksaan apoptosis dilakukan dengan pengecatan
akridin oranye-etidium bromida (double staining). Hasilnya menunjukkan
bahwa perlakuan ekstrak etanolik biji buah Areca catechu (25-100 µg/mL)
selama 48 jam menghambat pertumbuhan sel sebesar 13-84% (IC50 77
µg/mL), sedangkan perlakuan arekolin (10-500 µg/mL) menghasilkan
penghambatan pertumbuhan sel sebesar 8-73% (IC50 180 µg/mL). Ekstrak
tersebut juga mampu menurunkan proliferasi sel serta memacu apoptosis.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak etanolik biji buah Areca
catechu (EP) memiliki efek antiproliferatif dengan menghambat pertumbuhan
dan memacu apoptosis.
Kata kunci: MCF-7, Areca catechu, antiproliferatif

Abstract
Areca catechu seed contains antioxydant substances, supposed to
have anticancer property. This research therefore addressed to examine the
inhibitory effect of Areca catechu seed ethanolic extract (EP) on proliferating
breast cancer cells, MCF-7. Areca catechu seed ethanolic extract (EP)
standardization was done according to the standard of BPOM. Areca catechu
seed powder extraction was done using ethanol 96%. Cytotoxic assay – to
get the value of IC50 and to prevent the cell proliferation (using doubling time
assay) – was carried out by using MTT assay. Apoptosis observation was
done by acrydine orange- etidium bromide staining method (double
staining). The result showed that treatment with Areca catechu seed
ethanolic extract (25-100 µg/m) for 48 h caused 13-84% growth inhibition
(IC50 77 µg/mL) of the cells, while arecoline (ARE) treatment (10-500 µg/mL)
showed 8-73% inhibition (IC50 180 µg/mL). The extract also inhibited cell
proliferation and induced apoptosis. These results conclude that Areca
catechu seed ethanolic extract (EP) possesses antiproliferative effect through
growth inhibition and apoptosis induction.
Key words: MCF-7, Areca catechu, antiproliferative
Majalah Farmasi Indonesia, 19(1), 12 – 19, 2008
Page 2
Ekstrak etanolik biji buah pinang............
Majalah Farmasi Indonesia, 19(1), 2008
13
Pendahuluan
Penanganan kanker dengan agen
kemoterapi masih menjadi pilihan dalam
pengobatan kanker. Namun adanya mekanisme
multidrug resistance (MDR) mengakibatkan
berkurangnya efikasi obat kemoterapi (Conze et
al., 2001). Beberapa penelitian mulai diarahkan
pada pengujian potensi bahan alam sebagai
agen kemoprevensi yang berpotensi sebagai
agen pendamping kemoterapi. Tujuannya
adalah untuk meningkatkan sensitifitas sel
kanker serta mengurangi efek samping yang
ditimbulkan oleh agen kemoterapi. Agen
kemoprevensi yang dimaksud disini umumnya
memiliki aktivitas menghambat pertumbuhan
tumor melalui mekanisme cell cycle arrest (Saphiro
and Harper, 1999), pemacuan apoptosis (Fisher,
1994) ataupun menghambat ekspresi protein
yang berperan dalam Multi Drug Resistance
(Kitagawa, 2006).
Areca catechu merupakan tanaman famili
Arecaceae yang berpotensi sebagai antikanker.
Areca catechu memiliki efek antioksidan dan
antimutagenik, astringent, dan obat cacing. Biji
buah pinang mengandung alkaloid, seperti
Arekolin (C8 H13 NO2), arekolidine, arekain,
guvakolin, guvasine dan isoguvasine. Ekstrak
etanolik biji buah pinang mengandung tanin
terkondensasi, tannin terhidrolisis, flavan, dan
senyawa fenolik, asam galat, getah, lignin,
minyak menguap dan tidak menguap, serta
garam (Wang and Lee, 1996). Ekstrak etanolik
buah pinang tersebut memperlihatkan aktivitas
antioksidan dengan IC50 sebesar 45,4 µg/ml
(Lee and Choi, 1999). Aktivitas antioksidan
berkorelasi positif dengan pencegahan kanker.
Ekstrak etanolik tanaman ini tidak menginduksi
perubahan kromosom (Wang and Lee, 1996).
Berdasarkan data-data tersebut, ekstrak etanolik
biji buah pinang diharapkan dapat menjadi
salah satu alternatif pengobatan kemoprevensi
dengan menginduksi cell cycle arrest, pemacuan
apoptosis ataupun menghambat ekspresi
protein yang berperan dalam MDR.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji
aktivitas sitotoksik ekstrak etanolik biji buah
Areca catechu (EP) terhadap sel kanker payudara
MCF-7, penghambatan proliferasi sel serta
pengamatan mekanisme apoptosis. Hal ini
memberi makna penting mengenai potensi EP
sebagai agen kemoprevensi secara in vitro pada
sel kanker payudara resisten agen kemoterapi
(MCF-7). Serangkaian pengujian yang akan
dilakukan pada penelitian ini meliputi:
standardisasi ekstrak (BPOM, 2000), uji
sitotoksik (Mosmann, 1983), uji kinetika
proliferasi sel, dan pengamatan apoptosis
(Wickenden et al., 2003).
Metodologi
Pembuatan ekstrak etanolik biji buah Areca
catechu (EP)
Biji buah pinang sebanyak 1 kg dikumpulkan
dari BPTO Tawangmangu, Karanganyar, Surakarta.
Biji buah pinang dicuci bersih, dipotong-potong dan
dikeringkan dalam oven dengan suhu 70°C.
Simplisia yang telah kering diserbuk, kemudian
diekstraksi dengan Soxhlet dengan penyari etanol
96%. Ekstrak etanol cair yang didapat dikentalkan
dengan rotary evaporator dan dikeringkan diatas
waterbath.
Standardisasi
ekstrak
(Sesuai
dengan
protokol BPOM, 2000)
Pengujian dilakukan terhadap parameter non
spesifik yang meliputi penetapan kadar air, penetapan
kadar abu. Pengujian terhadap parameter spesifik
meliputi Identitas Ekstrak, Organoleptik dan Kandungan
kimia ekstrak. Untuk mengetahui profil adanya
senyawa fenolik, flavonoid dan alkaloid dilakukan
dengan menggunakan Kromatografi Lapis Tipis
(KLT) dengan fase diam silika gel GF254 dan fase
gerak Kloroform:Metanol (1:3). Deteksi adanya
senyawa fenolik dilakukan dengan penyemprotan
FeCl3 dan memberikan hasil positif bila bercak
mengalami pemadaman pada 254 nm dan
fluorosensi pada 366. Deteksi flavonoid dilakukan
dengan penyemprotan sitroborat dan memberikan
hasil positif bila bercak berfluorosensi kuning
kehijauan. Deteksi alkaloid dengan penyemprotan
Dragendorf dan memberikan hasil positif apabila
muncul bercak merah bata. Arekolin digunakan
sebagai standar.
Kultur sel epitel payudara
Sel yang digunakan pada penelitian ini adalah
sel MCF-7 koleksi Cancer Chemoprevention Research
Center (CCRC) Fakultas farmasi UGM yang dirawat
dan ditumbuhkan pada medium DMEM (Gibco)
dengan 10% FBS (Gibco) dan 1% Penicillin-
Streptomycin (Gibco).
Uji sitotoksik
Sel MCF-7 ditanam pada microplate 96
sumuran sehingga diperoleh kepadatan 5 x 103
sel/sumuran dan diinkubasi selama 48 jam untuk
mendapatkan pertumbuhan yang baik. Setelah itu
Page 3
Edy Meiyanto
Majalah Farmasi Indonesia, 19(1), 2008
14
medium diganti dengan yang baru kemudian
ditambahkan EP dan Arekolin hidrobromida
(Sigma) pada berbagai konsentrasi dengan co-
solvent DMSO (Sigma) dan diinkubasi pada 37ºC
dalam inkubator CO2 5% selama 48 jam. Pada akhir
inkubasi, media dan ekstrak dibuang kemudian sel
dicuci dengan PBS (Sigma). Pada masing-masing
sumuran, ditambahkan 100μL media kultur dan
10μL MTT (Sigma) 5 mg/mL. Sel diinkubasi
kembali selama 4-6 jam dalam inkubator CO2 5%,
37ºC. Reaksi MTT dihentikan dengan HCl 4N-
isopropanol (1:100), digoyang di atas shaker selama
10 menit. Serapan dibaca dengan ELISA reader
(Bencmark Bio Rad) pada panjang gelombang
595 nm.
Uji kinetika proliferasi sel
Sel MCF-7 ditanam pada microplate 96
sumuran sehingga diperoleh kepadatan 5 x 103
sel/sumuran dan diinkubasi selama 48 jam. Ekstrak
dengan berbagai seri kadar ditambahkan ke dalam
sumuran dan dilakukan sampling pada jam ke-1, 6,
12, 24, 48 dan 72. Proliferasi sel diamati dengan
metode MTT seperti halnya yang dilakukan pada uji
sitotoksik.
Pengamatan apoptosis.
Sel MCF-7 ditanam pada coverslips yang
dimasukan dalam microplate 24 sumuran sehingga
diperoleh kepadatan 3 X 104 sel/sumuran dan
diinkubasi sampai 50-60% konfluen. Setelah itu
diinkubasi dengan senyawa uji selama 48 jam.
Medium diambil, dicuci dengan PBS. Cover slip yang
memuat sel diangkat, diletakan di atas object glass dan
ditambahkan 10 µL 1X Working Solution etidium
bromida-akridin oranye kemudian didiamkan selama
5 menit. Sel segera diamati di bawah mikroskop
flouresens (Zeiss MC 80). Sel hidup berfluoresensi
hijau (dengan akridin oranye) dan sel mati
berfluoresensi oranye (dengan etidium bromida).
Analisis hasil
Data absorbansi yang diperoleh dari uji
sitotoksik dan kinetika proliferasi sel dikonversi ke
dalam persen sel hidup dan dianalisis dengan uji
Anova dilanjutkan uji Tukey menggunakan SPSS
11.5 untuk mengetahui signifikansi perbedaan antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan.
Persen sel hidup dihitung menggunakan rumus:
Aktivitas sitotoksik EP dinyatakan dalam
IC50 (konsentrasi yang menyebabkan kematian 50%
populasi sel) yang dianalisis dengan analisis probit
menggunakan SPSS 11.5.
Hasil Dan Pembahasan
Standardisasi ekstrak
Standardisasi EP dilakukan sesuai acuan
Badan POM untuk memastikan ekstrak yang
digunakan dalam penelitian telah memenuhi
standar. Hasil KLT (Tabel II) menunjukan
bahwa EP tidak mengandung alkaloid arekolin,
mengandung senyawa golongan fenolik, dan
dimungkinkan mengandung flavonoid. Profil
kandungan kimia ekstrak sangat penting karena
digunakan sebagai acuan untuk memperkirakan
penelusuran mekanisme kerja ekstrak yang
digunakan dalam penelitian ini.
Uji sitotoksik
Uji sitotoksik dilakukan terhadap sel
MCF-7
untuk
mengetahui
potensi
penghambatan pertumbuhan sel akibat
perlakuan EP dan Arekolin (ARE). Uji ini
dilakukan untuk menentukan kadar sampel uji
yang dapat menghambat pertumbuhan sel
MCF-7 sampai 50% (IC50). Hasil uji
memperlihatkan bahwa kenaikan kadar
perlakuan sampel menyebabkan penurunan
persentase sel hidup. Pada EP kadar 75 µg/mL
dan 100 µg/mL menurunkan persentase sel
hidup secara signifikan (P<0.05). Ekstrak
pinang memiliki aktifitas penghambatan
pertumbuhan sel MCF-7 dengan IC50 sebesar
77 µg/mL (Gambar 1D). Nilai IC50
dibawah
100 µg/mL menunjukkan adanya potensi
ekstrak uji sebagai agen kemoprevensi.
Hasil uji terhadap standar arekolin
(sebagai senyawa terbesar pada tanaman Areca
catechu) juga memperlihatkan penurunan
persentase sel hidup dengan adanya kenaikan
kadar perlakuan sampel. ARE memiliki aktifitas
sitotoksik terhadap sel MCF7 (Gambar 1E)
dengan IC50 sebesar 0,76 nM (180 µg/mL).
Nilai IC50 ARE lebih besar dari EP, artinya
aktivitas ARE lebih rendah dibanding EP.
Absorbansi sel dengan perlakuan – Absorbansi kontrol media
% Hidup =
x 100 %
Absorbansi kontrol media Sel - Absorbansi kontrol media
Page 4
Ekstrak etanolik biji buah pinang............
Majalah Farmasi Indonesia, 19(1), 2008
15
Berdasarkan hasil uji sitotoksisitas yang telah
dilakukan, EP memliki potensi untuk dikem-
bangkan lebih lanjut. Aktivitas sitotoksisitas
digunakan sebagai acuan pengembangan pene-
lusuran mekanisme EP dalam menghambat
pertumbuhan sel kanker. Oleh karena itu, perlu
dilakukan uji kinetika proliferasi sel dan
pengamatan apoptosis untuk mengetahui profil
dan mekanisme penghambatan pertumbuhan
sel oleh adanya perlakuan EP.
Tabel I. Parameter standardisasi EP
No
Parameter
Keterangan
1.
Parameter non spesifik
Kadar air
Kadar abu
12,5%
0,70%
2.
Parameter Spesifik
Nama ekstrak
Nama latin tumbuhan
Bagian yang digunakan
Organoleptik
Kandungan Kimia
Ekstrak etanolik biji buah pinang
Areca catechu L.
Biji buah pinang
berbentuk serbuk kering, berwarna coklat kemerahan,
berbau khas dan berasa pahit pedas.
Alkaloid Arekolin (-)
Fenolik (+)
Flavonoid (+/-)
Keterangan: (-) tidak ada, (+) ada, (+/-) kemungkinan ada.
Gambar 1. Efek penghambatan pertumbuhan sel MCF-7 akibat perlakuan EP
dan ARE. Dilakukan dengan menginkubasi 5x103 sel MCF-7
dengan EP (25-100 µg/mL) dan ARE (0.1-2.1 nM) selama 48 jam.
A adalah kontrol sel, B adalah sel dengan perlakuan EP 75 µg/mL,
C adalah sel dengan perlakuan ARE 150 µg/mL, Grafik D-E secara
berurutan merupakan rata-rata viabilitas sel pada berbagai seri kadar
EP dan ARE. Perbesaran 100x.
sel kanker yang hidup,
sel yang telah berubah morfologi
Page 5
Edy Meiyanto
Majalah Farmasi Indonesia, 19(1), 2008
16
Efek antiproliperatif EP
Untuk melihat aktifitas proliferasi sel
MCF-7 pada perlakuan ekstrak pinang, maka
dilakukan uji doubling time. Hasil uji terhadap sel
MCF-7 memperlihatkan bahwa perlakuan
dengan ekstrak etanolik pinang (50, 75, dan 100
µg/mL) mampu menghambat pertumbuhan sel
MCF-7 (Gambar 2) pada jam ke 24, 48 dan 72
secara signifikan terhadap kontrol (P<0,05).
Berdasarkan profil proliferasi sel, EP
mampu menghambat pertumbuhan sel MCF-7.
Mekanisme penghambatan pertumbuhan sel
kanker bisa melalui cell cycle arrest, cell cycle delay
maupun mekanisme apoptosis. Untuk
mengetahui apakah mekanisme penghambatan
melalui mekanisme apoptosis, maka dilakukan
pengamatan apoptosis.
Pengamatan apoptosis
Pengamatan apoptosis dilakukan dengan
metode doublestainning menggunakan etidium
bromide-acrydine orange
(EB-AO). Hasil
pengamatan menunjukan bahwa pada kontrol
sel hanya terlihat fluorosensi hijau karena hanya
menyerap Acrydine orange. Etidium bromide tidak
dapat masuk pada kontrol sel karena integritas
sel masih baik. Pada sel dengan perlakuan EP
kadar 50 µg/mL sebagian besar sel berfluo-
rosensi hijau dan ada beberapa yang
berfluorosensi oranye. Hal ini menandakan
mulai hilangnya permeabilitas membran pada
beberapa sel karena perlakuan EP. Akibatnya
etidium bromide dapat masuk ke dalam sel dan
menimbulkan fluorosensi oranye sebagai
indikator kematian sel. Pada perlakuan EP
kadar 50 µg/mL dapat dimaklumi bahwa hanya
sebagian kecil sel yang berfluorosensi oranye
karena kadar yang diujikan dibawah konsentrasi
IC50. Selain itu pada sel dengan perlakuan EP
juga terlihat adanya fragmentasi inti sel yang
kemudian menjadi badan-badan apoptosis. Hal
ini menunjukan bahwa perlakuan EP
menyebabkan terjadinya apoptosis (Gambar 3).
Pembahasan
Aktivitas ekstrak etanolik biji buah
pinang dalam menghambat pertumbuhan sel
kanker payudara resisten agen kemoterapi
(MCF-7) merupakan hasil yang sangat menarik.
Nilai IC50 EP kurang dari 100 µg/mL sehingga
potensial untuk dikembangkan. Sedangkan nilai
IC50 ARE sebagai senyawa pembanding lebih
tinggi dari EP dan lebih tinggi dari 100 µg/mL.
Selain itu berdasarkan data KLT tidak terdapat
Gambar 2. Efek variasi kadar ekstrak etanolik biji buah pinang
terhadap kinetika pertumbuhan sel MCF-7. Hasil uji
doubling time ekstrak etanolik Areca catechu dilakukan
dengan menginkubasi sel MCF-7 dengan kepadatan
5x103 di dalam sumuran dengan ekstrak etanolik biji
pinang (dosis 50, 75, 100 µg/mL) dan dilihat
absorbansinya pada jam ke-1, 6, 12, 24, 48 dan 72.
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
0
12
24
36
48
60
72
waktu
jum
lah
sel
(x1
00)
sel
d50
d75
d100
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
0
12
24
36
48
60
72
waktu
jum
lah s
e
l (x
10
0)
sel
d50
d75
d100
Page 6
Ekstrak etanolik biji buah pinang............
Majalah Farmasi Indonesia, 19(1), 2008
17
arekolin dalam EP. Hal ini menunjukan bahwa
senyawa bioaktif dalam EP bukanlah arekolin.
Berdasarkan uji KLT, EP mengandung
senyawa fenolik. Senyawa fenolik yang banyak
terdapat di alam diantaranya polifenol dan asam
fenolat terutama turunan asam 4-hidroksi
benzoat dan asam 4-hidroksisinamat. Asam
fenolat berperan dalam mencegah kanker, dan
antigenotoksik (Kampa et al., 2003). Senyawa
fenolik yang terdapat pada buah blueberry yang
terdiri dari asam fenolat, tannin, flavonol, dan
antocianin memiliki potensi antiproliferasi dan
apoptosis pada sel kanker kolon HT-29 dan
Caco-2 (Yi et al., 2005). Berdasarkan penelitian
Cakraborty et al. (2005) pada mesokarp pinang
banyak mengandung senyawa asam 4-
hidroksibenzoat. Asam fenolat secara langsung
berefek sebagai antiproliferatif karena langsung
berinteraksi dengan reseptor aril hidrokarbon,
menghambat enzim nitric oxide synthase
(NOS) (Kampa et al., 2003). Penghambatan
NOS pada sel MCF-7 menginduksi terjadinya
apoptosis lewat jalur p53 (Mortensen et al.,
1999). Ekstrak etanolik biji buah pinang
mengandung tanin terkondensasi, tannin
terhidrolisis, flavan, dan senyawa fenolik
(Cakraborty et al., 2005; Wang and Lee., 1996),
sehingga dimungkinkan memiliki potensi
antiproliferasi dan apoptosis.
Berdasarkan pengamatan kinetika
proliferasi sel, baik kontrol sel maupun
perlakuan EP menunjukan peningkatan jumlah
sel seiring bertambahnya waktu inkubasi
(Gambar 2). Akan tetapi pada jam ke 24, 48 dan
72 secara signifikan jumlah sel pada perlakuan
EP lebih sedikit dibandingkan kontrol sel
(P<0,05). Hal ini menunjukan bahwa EP
mampu mengurangi kecepatan proliferasi sel
secara time dependent. Hasil double staining
membuktikan bahwa ekstrak pinang mampu
memacu apoptosis sel. MCF-7 merupakan sel
kanker yang resisten terhadap agen kemoterapi,
wild type p53 dan mutasi caspase-3 (Mechetner
et al., 1998; Zhu et al., 2001; Crawford and
Bowen., 2002, Onuki et al., 2003; Prunet et al.,
2005). Hal ini mendasari kemungkinan
mekanisme penghambatan proliferasi sel
setelah adanya perlakuan sampel uji.
Penghambatan
proliferasi
dan
mekanisme apoptosis pada MCF-7 bisa
melewati jalur independent mitokondria, yakni
melalui Fas receptor dengan mengaktifkan
caspase 8, atau melalui jalur dependent
mitokondria dengan didahului oleh aktivasi
tumor supresor p53 sebagai respon adanya sel
stress. Aktivasi p53 akan meningkatkan ekspresi
protein proapoptosis (Bad, Bax, Bid) yang
memacu pelepasan sitokrom C dari
mitokondria. Sitokrom C bersama dengan
Apaf-1 akan mengaktifkan caspase 9.
Selanjutnya baik caspase 8 maupun caspase 9
akan mengaktivasi caspase 3, 6 atau 7 (Hanahan
and Weinberg, 2000; Hakem and Harrington,
2005). Mekanisme apoptosis pada sel MCF-7
tidak melalui aktivasi caspase 3 karena pada
MCF-7 caspase 3 telah termutasi, sehingga
Gambar 3. Efek EP menginduksi apoptosis pada sel MCF-7 setelah 48 jam perlakuan
dengan sampel uji. Pengecatan dilakukan dengan menanam sel MCF-7
sebanyak 5 X 104 sel/sumuran pada coverslips dalam plate 24, dilakukan
pewarnaan mengunakan acrydine orange-ethidium bromide dan dilihat dengan
mikroskop fluorosence. A. kontrol sel, B. EP 50 µg/mL. Perbesaran 100x,
apoptosis,
sel hidup.
Page 7
Edy Meiyanto
Majalah Farmasi Indonesia, 19(1), 2008
18
dimungkin-kan EP menginduksi apoptosis
lewat aktivasi caspase 6 atau caspase 7. Untuk
ini kiranya masih perlu diteliti lebih lanjut.
Hasil penelitian ini menunjukkan potensi
ekstrak biji pinang sebagai agen antikanker yang
dapat menghambat proliferasi sel dan memacu
apoptosis. Meskipun aktivitas sitotoksik EP
relatif rendah jika dibandingkan dengan agen
kemoterapi konvensional seperti doxorubicin,
tetapi nilai IC50 EP tersebut cukup menjanjikan
untuk dikembangkan sebagai agen kemo-
prevensi mengingat pada percobaan ini
digunakan sel MCF-7 yang diketahui memiliki
sifat resistensi yg tinggi terhadap beberapa agen
kemoterapi. Pengembangan aplikasinya dapat
diarahkan pada efek sinergistik kombinasi EP-
Doxorubicin terhadap sel MCF-7. Doxorubicin
adalah Agen kemoterapi yang sering digunakan
dalam pengobatan kanker payudara tetapi
mengalami resistensi pada sel MCF-7.
Doxorubicin memiliki beberapa efek samping
diantaranya menyebabkan resistensi dan
kardiotoksik sehingga akan beresiko tinggi bila
digunakan dalam dosis yang tinggi (Lu and
Waxman, 2005). Penggunaan kombinasi yang
sinergistik diharapkan dapat meningkatkan
sensitifitas sel terhadap doxorubicin.
Kesimpulan
Penelitian ini menyimpulkan bahwa
ekstrak etanolik buah biji pinang (Areca
catechu) memiliki aktifitas antiproliferatif
terhadap sel MCF-7 dengan menghambat
pertumbuhan dan memacu apoptosis.
Ucapan Terima Kasih
Terima kasih kepada DP2M Dirjen
DIKTI Departemen Pendidikan Nasional
(Hibah Bersaing XV.1 2007) yang telah
membiayai penelitian ini.
Daftar Pustaka
BPOM, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Depkes RI.
Chakraborty, M., Das, K., Dey, G., and Mitra, A., Unusually high quantity of 4-hydroxybenzoic acid
accumulation in cell wall of palm mesocarps, Biochemical Systematics and Ecology, 34, 509-
513.
Conze, D., Weiss, L., Regen, P.S., Bhushan, A., Weaver, D., Johnson, P., and Rincon, M., 2001,
Autocrine Production Of Interleukin 6 Causes Multi Drug Resistance In Breast Cancer
Cells, Cancer Research, 61, 8851–8858.
Crawford, K.W. and Bowen, W.D., 2002, Sigma-2 Receptor Agonists Activate a Novel Apoptotic
Pathway and Potentiate Antineoplastic Drugs in Breast Tumor Cell Lines, Cancer Res.,
62, 313–322.
Fisher, D.E., 1994, Apoptosis in Cancer Therapy: Crossing The Threshold, Cell, 78, 539-542.
Hakem, R., and Harrington, L., 2005, The Basic Science of Oncology, Cell Death, McGrow-Hill Medical
Companies, 4th Edition, New York, 194-204.
Hanahan,D.,and Weinberg, R.A.,2000, The Hallmarks of Cancer, Cell, 100, 57-70.
Kampa, M., Alexaki, V.I., Notas, G., Nifli, A.P., Nistikaki, A., Hatzoglou, A., Bakogeorgou, E.,
Kouimtzoglou, E., Boskou, D., Gravanis, A., and Castanas, E., 2003, Antiproliferative
and apoptotic effects of selective phenolic acids on T47D human breast cancer cells:
potential mechanisms of action, Breast Cancer Res, 6, R63-R74.
Kitagawa, S., 2006, Inhibitory Effect of Polyphenols on P-Glycoprotein-Mediated Transport, Biol.
Pharm. Bull., 29, 1-6.
Lee, K.K., and Choi, J.D., 1999, The Effects of Areca Catechu L Extract on Anti-Inflammation
and Anti-Melanogenesis, International Journal of Cosmetic Science 21, 275–284.
Lu, H., and Waxman, D.J., 2005, Antitumor Activity of Methoxymorpholinyl Doxorubicin:
Potentiation by Cytochrome P450 3A Metabolism, Mol Pharmacol, 67
, 212–219

http://www.pdfqueen.com/html/aHR0cDovL21maS5mYXJtYXNpLnVnbS5hYy5pZC9maWxlcy9uZXdzLzIuX0VkeS5wZGY=

Tidak ada komentar:

Posting Komentar